Oleh : Ayub Tampubolon,MA,MTh, ASN Kementerian Agama Kabupaten Samosir, Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia,Ketua I PGI-D Samosir
WahanaNews-Sumut | Sebagian besar anak merasa senang dan menikmati pergi ke sekolah. Meskipun demikian, ada juga saat di mana mereka tidak mau masuk sekolah, Salah satunya disebabkan oleh faktor kecemasan. Kecemasan sebenarnya fenomena yang normal.
Baca Juga:
Kasus Kepsek SMK di Nisel Pukuli Siswa Diawali Keluhan Sekcam
Namun, ketika intensitasnya berlebih, khususnya berkaitan dengan keengganan anak untuk bersekolah, orang tua perlu waspada karena kondisi tersebut bisa saja termasuk dengan apa yang disebut penolakan bersekolah (school-refusal), dalam bahasa sederhana fobia sekolah (school phobia), yang merupakan suatu bentuk gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang ditandai dengan adanya rasa takut yang berlebihan.
Fobia sekolah umumnya terjadi pada anak yang memiliki gangguan neuritis dan kecemasan, daripada karena alasan anak ingin membolos, yang umumnya terjadi pada anak yang memiliki gangguan tingkah laku dan antisocial (conduct and antisocial disorders).
Fobia sekolah terjadi karena anak terlalu dekat dan terlalu diberi pengawasan berlebih oleh orang tua khususnya ibu(mereka menunjukkan tanda-tanda yang signifikan mengenai kesulitan untuk berpisah (separate) dari orang tua), saat masa awal kanak - kanak sehingga anak menjadi tergantung, meskipun anak sebenarnya memiliki kemampuan baik dalam pekerjaan sekolah dan tingkah lakunya pun baik.
Baca Juga:
Tangis Keluarga Pecah di Makam Eks-Casis TNI Asal Nias
Anak yang suka membolos umumnya berasal dari keluarga yang besar dengan tidak ada penanaman nilai disiplin secara konsisten. Umumnya anak-anak demikian berasal dari lingkungan yang mengalami ketidak shadiran ayah dalam keluarga dan memiliki kemampuan akademis yang buruk.
Anak yang mengalami kecemasan/ fobia sekolah akan membuat berbagai macam alasan atau keluhan agar dirinya diperkenankan untuk tidak masuk sekolah.
Beberapa bentuk gejala fobia sekolah pada anak: