WahanaNews-Sumut | Pegiat Sosial dan Kemasyarakatan, Biduan Sitorus menilai program bantuan bibit jagung tahun 2021 senilai Rp 6 Miliar kurang efektif dalam peningkatan produktifitas pertanian.
Hal itu dikatakannya karena saat ini, kesulitan petani jagung bukan ketersediaan bibit, tetapi pupuk subsidi yang langka. Selain itu menurut dia, saat ini hasil pertanian jagung di Kabupaten Toba masih surplus.
Baca Juga:
Panen Cabai di Ladang, Heri Diterkam Harimau di Langkat
"Menurut saya, program bantuan bibit jagung senilai enam miliar sangat kurang efektif. Karena saat ini yang sangat membutuhkan kehadiran pemerintah adalah ketersediaan pupuk subsidi. Lagipula saat ini Toba masih surplus jagung," kata Biduan Sitorus kepada wartawan Jumat, (3/9/2021).
Mengenai surplus jagung di kabupaten Toba saat ini adalah berdasarkan keterangan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Toba, Marsarasi Simanjuntak.
"Jagung dan ubi di Kabupaten Toba surplus juga," kata Marsarasi kepada wartawan, di Balige, Kamis (2/9/2021).
Baca Juga:
Petani dan Pelaku Usaha Penggilingan Padi di Cikarang Hemat Puluhan Juta Per Bulan dari Program Electrifying Agriculture PLN
Biduan menambahkan, program bantuan bibit jagung terancam gagal karena fakta di lapangan tidak mendukung pelaksanaan program tersebut.
Pertama menurut dia, tujuan program diketahui adalah untuk pemulihan ekonomi masyarakat atas dampak pandemi covid 19. Pemerintah menyasar lahan sawah yang tadinya bekas panen padi untuk ditanami jagung. Tak tanggung-tanggung, pemkab Toba menargetkan lahan sawah sebanyak 300 hektar. Namun fakta di lapangan, tidak semua sawah bekas lahan padi bisa ditanami jagung.
Kedua, Biduan mengatakan bahwa pemerintah kurang memperhatikan tentang musim tanam. Sehingga Sebagian bibit yang sudah ditanam malah terendam tingginya curah hujan.