Oleh: Drs. Thomson Hutasoit
Ajaran TRI SAKTI Bung Karno; "Berdaulat dalam politik; Berkepribadian dalam kebudayaan; Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi, sepertinya semakin mendesak direvitalisasi dan diaktualisasikan dalam berbangsa dan bernegara di era milenia.
Baca Juga:
Aceh Sambut Haru Keputusan Prabowo, Empat Pulau Sengketa Kembali ke Pangkuan Tanah Rencong
Salah satu dari Ajaran TRI SAKTI akan dibahas dalam tulisan ini adalah "Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi konsep besar Indonesia Raya" menuju Indonesia Adidaya Dunia (IAD) diatas keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) bonus demografi SDM unggul berdaya saing, baik regional maupun global.
Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi dimaksudkan Bung Karno sejatinya bukanlah "Anti Investasi" sepanjang menguntungkan bagi kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
Bung Karno yang mengenal, mengetahui, memahami paripurna keunggulan dan kelemahan bangsa justru ingin mendorong kemandirian mengelola sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDA) anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia.
Baca Juga:
Akhiri Polemik, Prabowo Putuskan 4 Pulau Sengketa Milik Aceh
Indonesia terbentang di garis perlintasan khatulistiwa 6 derajat Lintang Utara sampai 11 derajat Lintang Selatan dan 92 derajat sampai 142 derajat Bujur Timur, terdiri dari 17.500 lebih pulau besar dan kecil, 5,8 juta Km2 lautan dan daratan 1,9 Km2, garis pantai 81.000 Km2 terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, Indonesia adalah negara perairan, negara kelautan atau negara maritim yang terbesar di dunia atau disebut juga negara kepulauan terbesar di dunia, kalau dari sudut pandang jumlah pulau.
Indonesia memiliki perairan darat seluas 54 juta hektar, terdiri dari 40 juta hektar rawa, 12 juta hektar sungai, 2 juta hektar danau, 50 buah selat, 64 teluk, keanekaragaman sumber daya perikanan tang tidak kurang dari 7.000 spesies ikan (Simangunsong & Sinuraya, 2004) adalah aset maha dahsyat bagi Indonesia.
Negara diperlintasan khatulistiwa memiliki hutan tropis, hutan sub tropis, dan tidak mengenal musim, memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di sektor agraris dan sektor ekstraktif dibandingkan negara-negara lain di dunia menjadi net impor kebutuhan primer rakyat seperti; beras, jagung, kacang kedele, buah- buahan, ikan asing, garam, dll.
Negara bukan lautan hanya kolam susu, tongkat kayu jadi tanaman sebagaimana lirik lagu Koes Plus sejatinya adalah negara Agraris, Ekstraktif, Maritim yang tidak mengenal kemiskinan, busung lapar bila tidak terjebak sindikat politik internasional beserta agen konspirasi domestik ingin "merampok, menjarah" sumber daya alam (SDA) serta menghilangkan JATI DIRI BANGSA.
Meninggalkan dan menelantarkan sektor Agraris, memunggungi laut sebagaimana dikatakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi adalah kekeliruan besar dan kesalahan fatal selama 70-an tahun lebih akibat termakan jebakan sindikat politik internasional bersama pengkhianat bangsa bermasker hipokrit, munafik, prostitusi intelektual agen kepentingan asing.
Cetak Biru (Blue Print) pembangunan bangsa telah diketakkan Sang Putera Fajar Bung Karno, "Berdikari dalam ekonomi konsep besar Indonesia Raya" dengan kemandirian dan jati diri bangsa Indonesia ditinggalkan dan tak dihiraukan pemangku kekuasaan yang berupaya mengamankan dan melanggengkan kekuasaan dengan menuruti dan melaksanakan kebijakan "orderan" pihak asing yang mendikte arah kebijakan nasional dengan rezim pinjaman atau utang yang sebahagian besar bancakan korupsi sedang diburu Pemerintahan Presiden Jokowi saat ini.
Sungguh disayangkan dan dikesalkan para pemangku kekuasaan, teknokrat di negeri Pluralisme-Multikultural telah melahirkan konsep-konsep pembangunan bias, menyimpang, mengingkari jati diri negara agraris, ekstraktif, maritim akibatnya sumber daya alam (SDA) anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia berubah jadi sumber konflik dan malapetaka mengerikan.
Sumber daya manusia (SDM) di ekspor menjadi tenaga kerja ke luar negeri menjadi tenaga kerja pembantu rumah tangga (PRT), tenaga kerja wanita (TKW), tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan predikat peripur lara "Pahlawan Devisa" untuk menutupi ketidakmampuan membuka lowongan pekerjaan yang seharusnya sangat bisa apabila mengenali, mengerti, memahami keunggulan negeri agraris, ekstraktif, maritim dengan komprehensif paripurna.
Kini dunia dikejutkan kemajuan pesat negara China jumlah penduduk terbesar di dunia, termasuk negara adidaya Amerika Serikat yang mempublikasikan diri "polisi dunia".
Mengapa Negara China bisa bangkit menjadi negara raksasa ditakuti dunia di era milenia....???
Hal itu tidak terlepas dari Strategi yang excellent dari trio Mao Zedong, Zhou Enlai, dan Deng Zioping yang membangun sistem dan kerja pembangunan perekonomian mandiri yang berhasil memobilisir dan membuat produktif mayoritas penduduk China yang selalu dihina dan direndahkan bangsa lain sebelum-sebelumnya.
Alangkah tepatnya apa yang dikemukakan oleh Richard Hovey "Peace", "The wealth of nation is men, not silk and cotton and gold" (Kemakmuran bangsa adalah Rakyatnya, bukan sutera, bukan katun dan bukan emas).
Satu bangsa bagaimanapun makmurnya, bagaimanapun bangsa itu berlimpah pakaian dan emas, tanpa harga diri dan cita-cita luhur maka bangsa tersebut akan runtuh.
Faktor utama yang mendukung mereka menjadi Adidaya adalah "Pembangunan Harga Diri Bangsa" yang disekrenario oleh pemimpin negara tersebut.
Peran pemimpin tangguh yang merupakan negarawan dan pemimpin besar sangat menentukan dalam proses pembangunan suatu bangsa atau suatu negeri menjadi kuat dan disegani oleh bangsa atau negeri lain.
Dan tidak ada satu Ras pun di muka bumi, tidak ada satu Warna kulit pun atau tidak ada satu etnis di planet bumi yang tidak tangguh, tidak ada satu Ras yang lebih tinggi dari Ras lainnya.
Keberhasilan dan Kegagalan dari perjuangan bangsa absolut tidak dapat dipertanggung- jawabkan kepada rakyat bangsa yang bersangkutan.
Tetapi Keberhasilan dan Kegagalan satu perjuangan bangsa adalah tergantung jenialitas dan kebijakan sangat tinggi yang dimiliki oleh pemimpin bangsa tersebut.
Pemimpin yang demikian itu adalah pemimpin yang sangat tangguh dan tegar, yang mana menghentikan gerakan yang diyakininya dan memang benar untuk kebesaran bangsanya menjadi mustahil sebagaimana mustahilnya menghentikan gerakan matahari.
Administrator Deng Zhiaoping melakukan terobosan-terobosan yang sangat konstruktif, menyelenggarakan reformasi ekonomi yang oleh Deng Zhiaoping disebut "Socialist market economy".
"Miskin bukan Sosialisme", "Menjadi kaya adalah Mulia", adalah motto yang selalu dikemukakan dengan vokal oleh Deng Zhiaoping.
"Yang paling utama dari kebijakan reformasi ekonomi China adalah membangkitkan pertumbuhan perekonomian Negeri China yang membuka Negeri China kepada dunia di luar China.
Tak ada bedanya kucing, apakah warnanya hitam atau warnanya putih sejauh gesit menangkap tikus, maka kucing tersebut adalah kucing yang baik" merupakan prinsip- prinsip kerja Deng Zhiaoping. (Fajar As, 1998).
Prinsip cerdas, brilian, jenial itu sungguh sangat benar. Sebab "uang tak ber-Tuhan, tapi banyak manusia Memper-Tuhan-kan Uang" sehingga memilah dan memilih investasi atas sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dilancarkan paham radikalisme, intoleran, anti kebhinnekaan dan sindikat politik internasional bersama agen konspirasi domestik ingin menggagalkan investasi nikel bahan baterai listrik litinium masa depan Indonesia EKONOMI RAKSASA DUNIA.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah berulang kali mengatakan dengan tegas dan lantang, persaingan negara-negara di dunia di era milenia "bukan lagi negara besar mengalahkan negara kecil, negara kaya mengalahkan negara miskin, negara maju mengalahkan negara berkembang.
Tetapi siapa lebih cepat menangkap dan menggunakan peluang dengan cerdas, brilian, jenial" demi kepentingan dan kemajuan bangsa dan negaranya.
Untuk menyegarkan memory publik di masa lalu bangsa ini telah melakukan kekeliruan besar dan kesalahan fatal meninggalkan dan menanggalkan jati diri sebagai negara agraris, ekstraktif, maritim dengan kebijakan coba-coba melakukan lompatan besar (big jump) menjadi negara industri tanpa mempertimbangkan dan memperhitungkan mayoritas penduduk berada di sektor agraris dan tingkat pendidikan masih rendah.
Bahkan Profesor Mubyarto yang getol memperjuangkan pengembangan pembangunan sektor agraris (pertanian-red), ekstraktif, maritim sebagai jati diri bangsa dianggap angin lalu dan tak dihiraukan dalam peta jalan (rod map) pembangunan nasional akibat penyesatan sindikat politik internasional bersama agen-agen domestik ingin menguras habis sumber daya alam (SDA) Indonesia.
Anehnya, pesawat terbang hasil hight teknology tanpa fondasi kuat ekonomi mayoritas rakyat "di bater dengan kacang kedele" yang menjadi bahan utama tahu, tempe makanan spesifik eakyat Indonesia.
Sementara di sisi berbeda negara-negara asing berlomba-lomba menanamkan investasi menguasai sektor agraris ( pertanian, perkebunan, perikanan darat), sektor ekstraktif (pertambangan; tambang daratan, tambang pantai, tambang dasar laut, mineral, dll), kelautan dan perikanan lepas dan aneka biota laut melalui regulasi konspirasi dengan penguasa korup di masa lalu.
Kekeliruan besar dan kesalahan fatal itu tentu tidak boleh terulang kembali dengan mengobarkan Ajaran TRI SAKTI; Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi untuk mewujudkan INDONESIA RAYA, INDONESIA ADIDAYA, RAKSASA EKONOMI DUNIA.
Sebab menurut Ishak Rafik wartawan senior dalam bukunya berjudul "Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, Jalan Baru Membangun Indonesia (2007); Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) mengatakan, "Bukan rahasia lagi seberapa keraspun upaya yang dilakukan untuk memperbaiki nasib bangsa, seberapa besar pun biaya yang dikeluarkan, bila pelakunya sendiri tidak tahu dimana letak kerusakan itu dan seberapa besar, maka semuanya akan sia-sia. Sehebat apapun ilmu dan pengalaman seorang dokter, bila dia tidak melakukan diagnosa yang benar dan jujur tentang penyakit pasiennya, maka pasien itu tidak akan sembuh-sembuh. Malah penyakitnya akan bertambah akibat salah obat atau over dosis, seperti telah dialami negeri ini selama 10 tahun terakhir -- meski lima presiden telah berupaya mengatasinya".
Mungkin sebahagian orang dan/atau pihak tidak menyadari upaya-upaya keras Presiden Jokowi membangun dan mengangkat "Marwah, Harkat, Martabat, Harga Diri, Jati Diri" bangsa Indonesia dengan mengembalikan aset negara seperti; 51,2 persen saham PT. Freefort Indonesia, Blok Rokan, Blok Mahakam, Blok Marsela ke pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia dan membubarkan Petral, serta mengangkat busana daerah Nusantara di mata dunia internasional.
Keberanian melepaskan cengkraman dan intervensi pihak-pihak tak ingin melihat bangkitnya Indonesia Raya, Indonesia Adidaya diatas keunggulan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) sesungguhnya sumber pertama dan utama mengapa Bung Karno dijatuhkan, dan Bung Jokowi ingin dijatuhkan dari tampuk kepemimpinan nasional (presiden-red).
Karena itu rakyat cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika tidak boleh sekali-sekali tegoda dan terjebak sindikat politik internasional dan pengkhianat bangsa.
Ingat.....ingat.....dan ingat.....Bung Karno mengatakan, "Hanya keledai mau terperosok dua kali kedalam lobang yang sama". (tum)
Penulis adalah pemerhati pembangunan dan sosial budaya.