WahanaNews-Sumut I Harga ekspor karet alam Sumatera
Utara (Sumut) akan bertahan menguat hingga akhir tahun 2021 akibat kekurangan
bahan baku di tengah meningkatnya permintaan di pasar internasional.
Baca Juga:
Perang Melawan Narkoba: Polda Sumut Ungkap 32 Kasus dan Sita 201 Kg Sabu, 272 Kg Ganja serta 40.000 butir Ekstasi
Prediksi tersebut disampaikan Gabungan Perusahaan Karet
Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara.
"Harga ekspor karet SIR20 di Agustus misalnya rata-rata
di kisaran 1,73 dolar AS per kg dan harga itu diprediksi bertahan bahkan bisa
menguat lagi," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet
Indonesia Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Selasa (24/08/2021).
Baca Juga:
Lengkap Penderitaan ! Jalan Rusak Sampah Menumpuk Tepat dibelakang Telkom Kota Perdagangan
Harga karet di Agustus yang sebesar 1,73 dolar AS per kg itu
naik dari di posisi Juli yang masih sebesar 1,63 dolar AS.
Bertahan mahalnya harga karet di pasar internasional dampak
kekurangan pasokan dari negara produsen di tengah permintaan yang cenderung
meningkat meski masih ada pandemi COVID-19.
Kekurangan pasokan itu sebagai dampak produksi karet alam
yang berkurang karena faktor cuaca, ditambah adanya gangguan pengiriman akibat
kekurangan kontainer. Kurangnya kontainer itu sebagai dampak banyaknya
pengiriman/ekspor setelah sebelumnya terganggu akibat pandemi COVID-19.
"Kalau pun ada penurunan harga diprediksi bertahan di
angka 1,70 an dolar AS per kg," ujar Edy.
Ada pun menyangkut volume ekspor, menurut Edy, pada Agustus,
ekspor diperkirakan lebih tinggi dari Juli.
Prediksi adanya peningkatan itu karena banyaknya permintaan
ditambah volume dari ekspor yang tertunda sebelumnya.
Pada Juli, volume ekspor karet alam Sumut untuk
tercatat 31.148 ton atau naik 5,3 persen
dibandingkan bulan Juni.
Secara total, ekspor karet Sumut pada Januari-Juli 2021
sudah sebesar 218.425 ton atau meningkat sebesar 7,7 persen dibandingkan
periode sama tahun 2020.
Ekspor karet Sumut tahun ini terbesar masih tetap ke Jepang
atau 23,73 persen, Amerika Serikat 21,68 persen, Brazil (9,59), Turki (6,73),
dan Republik Rakyat Tiongkok 5,75 persen.
"Syukur di tengah masih ada pandemi COVID-19, volume
dan harga jual karet alam meningkat terus," katanya. (tum)