WahanaNews-Sumut | Masih segar dalam ingatan Zulfikri Harahap (36), warga Wek II Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Berbekal ijazah SMA, pria pengangguran ini mencoba melamar pekerjaan ke PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, yang beroperasi di Desa Aek Pining, Kecamatan Batangtoru.
Alih-alih dipekerjakan di tambang Emas Martabe, Zulfikri dan beberapa temannya yang tergabung dalam Komunitas Mandiri dan Produktif (Comapro), ditawari membuka usaha bisnis meubel yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Sebongkah Harapan Gadis Yatim Piatu Melihat Kembali Indahnya Dunia
"Saat itu kita bingung, pasalnya kita ngak ada basic dengan profesi ini. Konon lagi bisnis meumeubebel harus memiliki modal yang cukup," kata Zulfikri Harahap, saat disambangi di tempat usahanya, di Desa Sumuran, Kecamatan Batangtoru, Senin (30/1/2023).
Dalam keadaan bingung, salah seorang perwakilan PTAR menyampaikan jika perusahaan berniat menjadikan kelompok Zulfikri menjadi ahli perabot. PTAR siap memberikan pendampingan tata cara berbisnis mebel, sekaligus mensubsidi alat pertukangan, bahan baku, serta sarana pendukung lainnya.
Mendapat tawaran yang cukup menjanjikan, Zulfikri cs menyambut positif pendampingan yang akan diberikan PTAR. Langkah awal dimulai dengan pelatihan, yang fokus pada pemanfaatan palet bekas menjadi barang bernilai ekonomis berbasis 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).
Baca Juga:
Ini Langkah Agincourt Resources Menangkal Serangan "Monster" Plastik
Pelatihan dimulai dari perkenalan alat pertukangan, proses awal dan proses finishing. Adapun bahan baku palet bekas yang diolah oleh Zulfikri cs berasal dari PTAR. Palet bekas ini terdiri dari beberapa jenis dan kualitas, yang kemudian akan diolah menjadi furnitur seperti meja, kursi, lemari, souvenir dan sawdust.
"Melalui program pengembangan ekonomi berbasis kelembangan lokal yang berkelanjutan, kita disekolahkan dan diajari tata cara membuat berbagai jenis furnitur,
sawdust dan kompos," sebut Julfikri.
Untuk legalitas kelompok, Zulfikri cs bersama PTAR sepakat mendirikan Koperasi Sarop Do Mulana (SDM). Koperasi ini mendapatkan pendampingan dari PT Grahatma Semesta, selaku konsultan yang ditunjuk PTAR untuk pengembangan.
"Walau nol dalam hal pertukangan. Alhamdulillah, setelah pelatihan tersebut, kita bisa membuat berbagai jenis furnitur," ujar Sekretaris Koperasi Sarop Do Mulana ini.
Dalam perjalanannya, PTAR juga mendampingi Koperasi Sarop Do Mulana untuk memastikan kemandirian dan keberlanjutan kelompok. Beberapa hal yang menjadi fokus pendampingan di
antaranya, organisasi, administrasi, manajemen keuangan serta permodalan, usaha produksi, dan pemasaran.
Walau tidak sesukses pengusaha mebel lainnya, Zulfikri mengaku usaha yang ia geluti bersama beberapa rekan kerjanya sejak tahun 2017 ini, dapat menghidupi anak dan istri. Bisnis mebel yang mereka lakoni bisa menghasilkan aset belasan hingga puluhan juta rupiah per bulannya.
"Terimakasih kepada PTAR yang telah memberikan pendampingan, sehingga kami bisa seperti sekarang ini," tutupnya. [tum]