Oleh: Drs. Thomson Hutasoit.
Samosit, Wahananews.co Salah satu ucapan atau statemen politik terkenal Presiden Republik Indonesia Pertama Ir. Soekarno atau Bung Karno ialah "Mama Dada Mu Ini Dada Ku" di depan Kongres Amerika Serikat (AS) tahun 1956.
Baca Juga:
Jelang Pilkada Andi Damanik Gelar Tablik Akbar Di Mesjid Haggul Mu'minin Perdagangan II
Sang Proklamator, Penggali Pancasila 1 Juni 1945, Bapak Bangsa Indonesia tak pernah gentar, takut sedikitpun berhadapan dengan negara besar (AS-red) menyuarakan kepentingan Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selaku negara merdeka, berdaulat menentukan nasib bangsanya.
Sang Putera Fajar yang sangat mengenal, memahami keunggulan dan kelemahan bangsanya pluralistik-multikultural memiliki sumber daya alam (SDA) sumber daya manusia (SDM), termasuk aneka ragam adat budaya Nusantara komprehensif paripurna menjadikan dirinya gagah berani berhadapan dengan kekuatan negara manapun di dunia.
Sang kesatria tak pernah lelah menggali nilai- nilai luhur adat budaya warisan leluhur Nusantara mengerti, memahami karakter bangsanya, salah satu diantaranya karakter Batak Toba "Metmet sihapor lunjung dijungjung do uluna" (kecilpun capung dijujung kepalanya) bermakna sekecil apapun status seseorang, satu bangsa memperjuangkan, mempertahankan harkat, marwah, martabat, harga diri, jati dirinya.
Baca Juga:
Polres Simalungun Berhasil Meringkus Pelaku Judi Online di Raya Kahean, Simalungun, Berkat Informasi Masyarakat
Karena itu, sekalipun Negara Republik Indonesia baru lahir atau merdeka bukan berarti mudah dan gampang ditekan, diintervensi, didikte, ditakut-takuti negara- negara manapun di atas dunia.
Keberanian luar biasa dipertunjukkan Bung Karno yang bolak-balik keluar masuk penjara demi memperjuangkan kemerdekaan negeri "bukan lautan hanya kolam susu, tongkat kayu jadi tanaman" sebagaimana lirik lagu Koes Ploes anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote membuat negara-negara di dunia tercengang, terkejut, terperanjat tak percaya.
Marwah, harkat, harga diri, jati diri bangsa negara agraris, ekstraktif, maritim tak boleh dikompromikan atas alasan apapun, termasuk memperoleh pinjaman (utang) maupun investasi bila tidak menguntungkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Bung Karno tak pernah percaya negara asing mau dan rela Indonesia bangkit menjadi negara maju, hebat dan adidaya di dunia.
Bung Karno yakin seyakin yakinnya atas kemampuan bangsa sehingga dicetuskan Ajaran Tri Sakti; Berdaulat dalam politik, Berkepribadian dalam kebudayaan, Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi, peta jalan (Rod Map) Indonesia Raya.
Tapi sungguh amat disayangkan dan dikesalkan konsep pemikiran besar Bung Karno belum bisa direalisasi konkrit karena sindikat politik internasional bersama agen konspirasi jahat domestik berselingkuh, bersekongkol, bersubahat menjatuhkan (mengkudeta-red) dari tampuk kekuasaan (presiden-red) dengan alasan hingga saat ini masih debatebel dan teka-teki besar.
Bung Karno sangat mencintai bangsa dan negaranya dari segenap hati dan pikiran memilih diam dan tak melakukan perlawanan mempertahankan, melanggengkan kekuasaan sekalipun masih memiliki kekuatan besar dari rakyat dan simpatisan demi keutuhan bangsa dan survival negara.
Negarawan sejati tak tergiur sedikitpun gula- gula kekuasaan dari penjajah kolonial mengatakan "Ku Titipkan Bangsa Ini Kepada Mu" untuk "melanjutkan Revolusi Belum Selesai".
Tanpa maksud merendahkan, menyepelekan Presiden Soeharto, BJ. Habibie, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri (Mbak Mega), Susilo Bambang Yudoyono (SBY), Joko Widodo (Jokowi) yang telah berupaya sekuat tenaga dan pikiran membawa Indonesia negara merdeka, berdaulat sesuai amanat Pembukaan UUD RI 1945.
Dari presiden disebutkan di atas, tidaklah terlalu berlebihan yang paling pantas dan layak menerima "Titipan Bung Karno Untuk Melanjutkan Revolusi Belum Selesai" adalah Joko Widodo (Jokowi) lahir dari rahim rakyat marjinal memulai karier politik dari Walikota Surakarta-Solo, Gebernur DKI Jakarta, Presiden RI Ketujuh yang belum ada tandingan karier politik di dunia yang selalu direndahkan, disepelekan para paranoid, halu, hipokrit, munafik di negeri ini.
Bukti nyata estafet keberanian Jokowi "Melanjutkan Revolusi Belum Selesai" dititpkan Bung Karno ialah statemen politik di depan Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI saat pelantikan sebagai Presiden RI Ketujuh 20 Oktober 2014 lalu.
Pada pidato kenegaraan pertama Presiden Jokowi dengan tegas tanpa ragu-ragu mengatakan, "Hanya Tunduk Kepada Konstitusi dan Kehendak Rakyat".
Beliau menegaskan "Tidak takut kepada siapa pun, kecuali kepada Tuhan Yang Maha Esa".
"Kepentingan negara tidak bisa dikompromikan walau dengan alasan apapun".
"Bila negara lain tidak mau membeli sawit kita, kita pakai sendiri".
"Nikel, bauksit, tambang punya kita, mau kita ekspor atau tidak, suka-suka kita".
Dan berbagai statemen politik keras menunjukkan marwah, harkat, harga diri, jati diri bangsa tak bisa ditekan, didikte, diintervensi, dikompromikan dengan alasan apapun sebagaimana keberanian Bung Karno mengatakan "Mama Dada Mu Ini Dada Ku" di depan Kongres Amerika Serikat (AS) yang mengklaim diri negara polisi dunia.
Presiden Jokowi tak pernah takut sedikitpun membangun kemandirian, kedaulatan Indonesia mengelola sumber daya alam (SDA) sumber daya manusia (SDM) potensi kekayaan maha dahsyat bangsa Indonesia menghadirkan kemakmuran, kesejahteraan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat tanpa kecuali sekalipun menghadapi rongrongan, gempuran, ancaman terstruktur, sistematis, masif (TSM) dari sindikat politik internasional beserta agen konspirasi pengkhianat bangsa di dalam negeri.
Beliau tahu komprehensif paripurna akar semua kisruh, permasalahan bangsa tidak lain tidak bukan episentrumnya adalah perebutan sumber daya alam (SDA) milik Indonesia di daratan, di lautan, di udara tersebar di wilayah kedaulatan Republik Indonesia anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Upaya penggulingan, pelengseran, pemakzulan terhadap Presiden Jokowi sesungguhnya pengulangan sejarah terhadap Bung Karno yang gagah berani menantang, melawan penggarongan harta kekayaan negara dari negara-negara asing beserta pengkhianat bangsa di domestik.
Karena itu, anak-anak Ibu Pertiwi Indonesia Cinta Bangsa dan Negara harus pintar dan cerdas mengerti, memahami mengapa berupaya keras menjatuhkan, melengserkan, memakzulkan Presiden Jokowi agar perampokan, penggarongan sumber daya alam (SDA) berjalan mulus tanpa hambatan.
Ingat....Bung Karno mengatakan, "Hanya Keledai Mau Terperosok Dua Kali Kedalam Lobang yang Sama".
Bravo Indonesia.....!!!
Bravo Jokowi.....!!!
Horas......!!! Salam Sadar....!!! (Rum)