WahanaNews-Sumut I Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor
Perwakilan Sumatera Utara (Sumut), Soekowardojo mengatakan, Sumut masih jadi penopang
utama pertumbuhan ekonomi di Sumatera
Baca Juga:
Jaksa Agung Kocok Ulang Jabatan: Harli Siregar Pindah ke Sumut, Revanda Sitepu Jabat Kajari Deli Serdang
Pertumbuhan ekonomi di Sumatera mengalami perbaikan, dengan
kondisi seluruh provinsi mampu keluar dari zona kontraksi.
Pertumbuhan positif ditopang oleh peningkatan kinerja TBS
dan CPO seiring masih tercukupinya curah hujan, tingginya permintaan batu bara
dari negara mitra dagang.
Baca Juga:
PT Basic Internasional Sumatera, Mengajukan Paspor Bagi Karyawan Untuk Pelatihan Ke China
Selain itu, perbaikan mobilitas masyarakat juga turut
mendorong perbaikan lapangan usaha pertambangan dan perdagangan.
Berdasarkan catatan dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan
Sumatera Utara, Sumatera Utara berada di urutan sembilan untuk pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Kep. Riau dan
terendah di Aceh. Sementara itu, meski Sumut tercatat berada pada peringkat
ke-9, dengan share terbesar se-Sumatera, Sumut tetap menjadi penopang utama
pertumbuhan ekonomi di Sumatera," ungkap Kepala BI KPw Sumut,
Soekowardojo, Senin (16/8/2021).
Adapun pertumbuhan Sumut sebesar 4,95 persen, Kepri 6,9
persen, Riau 5,13 persen, Jambi 5,39 persen, Bangka Belitung 6,85 persen,
Sumsel 5,71 persen, Lampung 5,03 persen, Bengkulu 6,29 persen, Sumbar 5,76
persen, Aceh 2,6 persen.
Dikatakan Soeko, dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian
meningkat cukup signifikan pada Triwulan II sebesar 3,81 persen, meningkat
dibanding Triwulan sebelumnya sebesar 1,07 persen.
Sementara itu, untuk sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga
meningkat menjadi 4,93 persen, naik dibanding sebelumnya yang sempat mengalami
kontraksi sebesar -3,52 persen.
"Peningkatan konsumsi masyarakat Sumatera di triwulan
II 2021 terkonfirmasi dari perbaikan berbagai indikator terkait konsumsi rumah
tangga antara lain likert scale penjualan domestik dan Survei Konsumen ditengah
meningkatnya mobilitas masyarakat pada saat HBKN (sebelum PPKM Darurat),"
ujarnya.
"Kondisi tersebut juga ditopang oleh akselerasi likert
scale penjualan di seluruh LU utama yang berimbas pada pendapatan
masyarakat," tambah Soeko. (tum)