Sumut.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo–Gibran menyambut positif penetapan kain tenun ulos sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional, namun mendesak pemerintah untuk melangkah lebih jauh dengan menetapkannya sebagai produk unggulan di Kawasan Otorita Danau Toba.
Menurut organisasi ini, pengakuan resmi tersebut seharusnya menjadi pintu masuk untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif yang mampu mengangkat ulos ke pasar nasional maupun internasional.
Baca Juga:
Wakil Bupati Tapteng Sambut Pangdam I/BB di Bandara FL Tobing Pinangsori
Ketua Umum MARTABAT Prabowo–Gibran, KRT Tohom Purba, menilai bahwa status warisan budaya saja tidak cukup tanpa strategi pengembangan yang terukur.
“Ulos adalah identitas, kebanggaan, sekaligus komoditas yang bisa menggerakkan ekonomi daerah. Dengan branding yang tepat, ulos dapat menjadi ikon global yang mendongkrak kunjungan wisata dan membuka pasar ekspor,” ujarnya, Rabu (13/8/2025).
Menurutnya, pemerintah pusat dan daerah perlu bersinergi untuk membangun industri ulos secara terintegrasi, mulai dari pelatihan perajin, standarisasi kualitas, hingga pemasaran internasional.
Baca Juga:
Diakhir Masa Jabatan, Siraja Tambun Ulosi Pj Bupati Sugeng Riyanta
Ia menegaskan, kawasan otorita pariwisata seperti Danau Toba harus memiliki pusat promosi dan penjualan ulos yang representatif, layaknya galeri nasional untuk kerajinan tenun.
“Jangan sampai ulos hanya tampil di panggung budaya sesaat, tetapi tidak mendapat dukungan penuh sebagai produk unggulan daerah. Kalau kita serius, ulos bisa menjadi seperti batik yang punya nilai ekonomi tinggi sekaligus menjaga identitas bangsa,” tegasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan, pendekatan berbasis aglomerasi ekonomi sangat relevan untuk mengembangkan industri ulos di sekitar Danau Toba.
“Kita bisa menciptakan klaster produksi ulos di desa-desa pengrajin, lalu menghubungkannya dengan sektor pariwisata, kuliner, dan transportasi. Dengan begitu, manfaat ekonominya akan dirasakan langsung oleh masyarakat,” paparnya.
Ia juga mengingatkan, daya tarik ulos tidak hanya terletak pada keindahan motifnya, tetapi juga pada filosofi dan proses pembuatannya.
“Ulos tenun tangan dengan pewarna alami memiliki cerita yang membuatnya bernilai tinggi di pasar internasional. Cerita inilah yang harus dikemas dengan baik untuk meningkatkan daya saing,” tambahnya.
Sebagai informasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan ulos sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional pada 17 Oktober 2014, dan setahun kemudian menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Ulos Nasional.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga berencana mengusulkan ulos menjadi warisan budaya dunia ke UNESCO pada 2025.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]