Sumut.WAHANANEWS.CO, Simalungun -
Sumatera Utara tengah memasuki babak baru dalam perjalanan ekonominya. Transformasi struktural yang selama ini dinanti mulai menemukan bentuknya melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun.
Baca Juga:
Kawasan KEK Sei Mangkei Digadang Jadi Pusat Industri Hilirasi Sawit, MARTABAT Prabowo-Gibran Imbau Masyarakat Tingkatkan Hasil Panen Sawit
Kawasan strategis ini semakin menjadi magnet investasi, khususnya dalam industri hilirisasi kelapa sawit dan manufaktur, seiring dengan dorongan pemerintah pusat dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi berbasis sektor riil.
Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran, memandang KEK Sei Mangkei bukan hanya sebagai kawasan industri biasa, melainkan sebagai simbol perubahan arah ekonomi Sumut menuju penciptaan nilai tambah, kemandirian industri, dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
"Ini bukan sekadar zona industri, tapi arena transformasi. Hilirisasi sawit di Sei Mangkei adalah momentum bersejarah untuk mengakhiri ketergantungan kita pada ekspor bahan mentah," ujar Ketua Umum Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, saat dihubungi, Minggu (27/7/2025).
Baca Juga:
14 Perusahaan Internasional Akan Investasi di KEK Sei Mangkei, MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Pemerintah Terapkan Regulasi Kemudahan Berusaha dan Jamin Keamanan
Ia mengungkapkan pentingnya membangun sistem ekonomi yang berakar pada kekuatan lokal. Petani sawit, kata Tohom, harus menjadi subjek utama, bukan sekadar objek pembangunan.
"Kita tak boleh hanya bicara investor dan pabrik. Kita harus bicara juga tentang nasib petani, peluang anak muda desa, dan masa depan buruh lokal. KEK ini harus menjadi panggung kolaborasi nyata," tegasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyuarakan perlunya koordinasi regional lintas kabupaten di sekitar kawasan.
Ia mengusulkan dibentuknya forum terpadu antara pengelola KEK, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal agar manfaat ekonomi yang muncul tidak hanya terkonsentrasi di satu titik.
"Dampak KEK Sei Mangkei itu regional, bahkan lintas provinsi. Perlu sinergi agar distribusi manfaatnya adil. Jangan sampai daerah-daerah penyangga cuma jadi jalur logistik tapi tak merasakan hasilnya," ucapnya.
Menurutnya, keberhasilan KEK Sei Mangkei tak lepas dari kesiapan masyarakat lokal, khususnya petani sawit, dalam menyediakan bahan baku berkualitas secara berkelanjutan.
Untuk itu, Tohom mendorong pembentukan koperasi, pelatihan mutu hasil panen, dan perluasan lahan produktif.
"Kalau kita tidak siap, bahan bakunya bisa diimpor dari luar. Ini yang harus kita antisipasi. Petani lokal harus menjadi mitra utama industri, bukan korban dari modernisasi mendadak," ujarnya.
Ia pun mengapresiasi visi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang berkomitmen membangun Indonesia dari pinggiran, terutama lewat penguatan sektor hilir yang berbasis pada keunggulan lokal.
"Ini adalah pengejawantahan nyata dari strategi nasional: hilirisasi sebagai kunci kemandirian dan keadilan sosial. Prabowo-Gibran serius dalam menggeser tumpuan ekonomi dari kota ke daerah," tambahnya.
Tohom juga menyoroti pentingnya pendampingan dari pemerintah daerah untuk mendukung SDM lokal agar siap memasuki ekosistem industri baru.
"Pelatihan, akses modal, dan konektivitas pasar sangat penting. Kalau tidak, masyarakat hanya akan menonton dari pinggir arena," ujarnya.
Dengan luas lebih dari 2.000 hektare dan target investasi mencapai Rp129 triliun, KEK Sei Mangkei digadang menjadi pusat industri kelapa sawit dan karet bertaraf internasional. Lokasinya yang strategis, dekat Selat Malaka, memberi potensi logistik dan ekspor yang besar.
Sebelumnya, Bupati Simalungun Anton Achmad Saragih sempat melakukan kunjungan kerja ke kawasan KEK Sei Mangkei dan menyatakan harapannya agar kawasan ini menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional dan membuka lapangan kerja luas bagi masyarakat.
Pihak pengelola, PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA), juga melaporkan bahwa sejumlah proyek besar tengah berjalan, termasuk pembangunan pabrik sarung tangan yang kini memasuki tahap konstruksi.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]