Sumut.WahanaNews.co, Medan - Kabarnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi menunjuk Mayor Jenderal TNI (Purn), Hassanudin mengemban tugas sebagai Penjabat atau Pj Gubernur Sumatera Utara atau Sumut. Penunjukan sebagai Pj Gubernur Sumut tersebut untuk menggantikan Edy Rahmayadi yang purna masa jabatannya pada 5 September 2023.
"Ya, ya, ya, kemarin diputuskan, Presiden (Jokowi) memimpin langsung,” kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin saat dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat, dikutip dari Antara.
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
Mayor Jenderal TNI (Purn), Hassanudin lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada 7 September 1965. Dia dikenal sebagai mantan Pangdam Bukit Barisan periode 2020 hingga 2022. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Wakil Inspektur Jenderal TNI Angkatan Darat.
Hassanudin telah menjadi yatim sejak kelas 3 SD ketika ayahnya meninggal pada 1975. Ibunya hanya seorang penyadap getah karet di Prabumulih. Saat SMP, Hasanuddin bersekolah di kota dan tinggal bersama pamannya. Kendati begitu, untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dia harus menjadi sendiri.
"Kalau tempat tinggal dan makan ditanggung sama wak saya, tapi kebutuhan lain harus cari sendiri dengan menjadi pedagang asongan,” sebut Hasanudin.
Baca Juga:
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN
Selepas tamat SMP, Hasanuddin l pernah menghadapi dilema. Dia ingin melanjutkan SMA tapi pamannya memintanya masuk ke Sekolah Pendidikan Guru atau SPG karena bisa mendapat beasiswa. Pamannya bersikeras agar dia masuk ke SPG agar mudah diterima menjadi guru. Dia bahkan memarahi Hassanudin karena berkeinginan melanjutkan ke SMA.
“Wak saya bilang, mau masuk SMA kamu, siapa yang biayai? Dibilang saya tidak tahu diri, saya dimarahi,” ujarnya mengenang kisah itu.
Bibinya dari pihak ibu kemudian meminta Hassanudin tinggal bersamanya. Dia pun akhirnya bisa melanjutkan ke SMA. Setelah lulus, Hassanudin kembali dihadapkan dilema besar. Pamannya kembali meminta Hassanudin melanjutkan kuliah ke D1 PGSD. Kali ini dia manut. Namun di pertengahan jalan, Hassanudin merasa menjadi guru bukan jalan hidupnya. Mimpi menjadi tentara yang dipendamnya bergejolak.