"Bagaimana caranya? Kalau pakai konvensional, koran cetak tidak dibaca. Kalau pakai online, rasanya lebih dibaca. Kalau dia kan butuh kuota atau wifi. Asal ada wifi gratis. Dan ini artinya, kehausan-kehausan kanal yang dibutuhkan anak muda, tinggal kita yang tua (pemerintah) yang mengaturnya dengan baik. Kalau radio, umpamanya. Syarat radio, pemancarnya harus di mana, kantornya di mana. Sepertinya harus diubah. Karena itu sudah terdisrufsi. Sekarang tempatnya di digital. Di peralatan gadget. Sekarang siapa saja bisa membuat, tinggal kita atur saja," jelas Ganjar.
Di kesempatan yang sama, Bupati Deli Serdang, H Ashari Tambunan menegaskan selama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang selalu menjalin hubungan baik, berkolaborasi dengan media dalam upaya mendukung pembangunan di Deli Serdang.
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
"Kita semua merasa keberadaan pers itu penting. Oleh karenanya hubungan yang baik, menjaga komunikasi yang lancar, informasi yang terbuka terus diupayakan. Memastikan informasi-informasi yang disampaikan itu baik dan benar. Informasi yang tidak menjudge," tegas Bupati.
Kembali disampaikan Bupati, masyarakat butuh berita yang baik dan benar. Walaupun kadang-kadang badnews (berita buruk) kerap diartikan jadi goodnews (berita baik). "Kalau di medsos yang kita pikir, kita duga, ada unsur-unsur ekonomi, yang penting disaksikan banyak orang. Intinya, melalui proses edukasi, proses-proses literasi nanti akan terbentuk suasana sedemikian rupa, bahwa berita baik dan benar itu dibutuhkan masyarakat," pungkas Bupati.
Sementara itu, Direktur Radio Republik Indonesia (RRI), Hendratmo untuk mengantisipasi disrufsi informasi melalui teknologi agar tetap bisa mengedukasi masyarakat, maka dibutuhkan edukasi yang terus menerus. "Solusinya adalah edukasi dan literasi," sebutnya. [rum]