JAKARTA.WAHANANEWS.CO, JAKARTA – Literasi dasar merupakan fondasi utama dalam mendorong pembangunan berkelanjutan di wilayah kepulauan seperti Maluku. Keterampilan ini tidak hanya meningkatkan mutu pendidikan, tetapi juga berkontribusi terhadap pengelolaan sumber daya maritim, penanggulangan perubahan iklim, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, menegaskan pentingnya literasi maritim dan iklim dalam membangun ketahanan wilayah kepulauan. Dalam Festival Literasi dan Iklim yang digelar di Jakarta pekan lalu, ia menyampaikan kedua keterampilan tersebut harus ditanamkan sejak dini untuk membentuk generasi muda yang tangguh dan adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan.
Baca Juga:
Kunjungi Mapolres Sibolga, Kapolda Sumut Tekankan Sinergitas Lintas Sektor
Di hadapan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno; Minister Counsellor Kedutaan Besar Australia, Tim Stapleton; serta Kepala Pusat Perbukuan Kemendikdasmen, Supriyatno, Hendrik mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi mengatasi tantangan literasi di Maluku. Ia menyoroti keterbatasan akses terhadap perpustakaan ramah anak, buku bacaan, internet, dan tenaga pustakawan sebagai hambatan utama dalam pemerataan pendidikan.
Menanggapi ajakan tersebut, Manajer Provinsi Program INOVASI Maluku, Mus Mualim, menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif Gubernur. Ia menilai bahwa tantangan geografis Maluku membutuhkan pendekatan lintas sektor agar akses pendidikan dan penguatan literasi dasar dapat merata hingga ke pelosok.
Lebih lanjut, Mus menyampaikan bahwa INOVASI mendukung Gubernur Hendrik dalam memperkuat kemampuan literasi, numerasi, dan karakter pada jenjang pendidikan dasar, baik di sekolah dasar maupun madrasah ibtidaiyah. Dukungan INOVASI ini sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Provinsi Maluku, khususnya misi ke-3 (SDM dan pendidikan), misi ke-5 (lingkungan dan perubahan iklim), serta misi ke-7 (budaya dan kearifan lokal).
Baca Juga:
PLN Hadirkan HCS Ultima, Layanan Home Charging EV dengan Pemasangan Lebih Cepat dan Praktis
“Tanpa literasi dasar yang kuat, anak-anak akan kesulitan memahami isu-isu penting seperti perubahan iklim, ekosistem laut, dan keberlanjutan sumber daya alam,” ujar Mus dalam kegiatan di Ambon, Kamis (25/9). Ia menambahkan bahwa literasi dasar menjadi pintu masuk bagi anak-anak untuk memahami konteks lokal dan global secara kritis.
INOVASI berkolaborasi dengan ekosistem pendidikan, seperti Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah Daerah, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK), Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, universitas, pemerintah daerah, kantor Kementerian Agama kabupaten/kota, serta komunitas, untuk mencapai tujuan tersebut.
Mus menjelaskan bahwa INOVASI adalah program kemitraan pendidikan antara Pemerintah Indonesia dan Australia. Program ini bertujuan meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pada aspek literasi, numerasi, dan karakter di jenjang pendidikan dasar.
Program ini menjangkau 289 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di Kota Ambon, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, dan Seram Bagian Barat. Sebanyak 1.688 tenaga pendidik dan lebih dari 32.000 murid menerima manfaat dari program ini.
INOVASI juga mendorong partisipasi aktif seluruh ekosistem pendidikan, mulai dari kepala sekolah, guru, murid, orang tua, hingga masyarakat. Keterlibatan ini penting dalam membangun kesadaran kolektif terhadap isu iklim dan mendorong aksi nyata di lingkungan sekolah.
Mengutip studi Hanushek & Woessmann (2012), Mus mengatakan bahwa peningkatan 10 persen pelajar dengan kemampuan membaca dasar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,3 persen.
Sementara itu, studi Lee Crawfurd (2025) mengungkapkan bahwa peningkatan satu standar deviasi dalam literasi dan numerasi anak usia 7–12 tahun di Indonesia berkorelasi dengan peningkatan pendapatan saat dewasa sebesar 11 persen. Temuan ini menegaskan bahwa investasi pada keterampilan dasar memiliki dampak ekonomi jangka panjang yang signifikan.
Festival Literasi dan Iklim 2025 menjadi ruang kolaboratif lintas sektor antara Kemendikdasmen, INOVASI, Yayasan Heka Leka, dan PT Integrasi Transit Jakarta. Kegiatan ini menghadirkan peluncuran buku, diskusi publik, dan aktivitas edukatif yang inklusif.
Dalam kegiatan tersebut, anak-anak dari wilayah 3T di Maluku Tengah juga ikut bergabung secara daring, yaitu anak-anak dari Negeri Manusela, Negeri Maraina, dan Negeri Kanikeh di Kecamatan Seram Utara yang berada di wilayah Pegunungan Binaya atau dikenal sebagai Negeri-Negeri di Atas Awan, serta SDN 334 Maluku Tengah, Desa Mahu, Kecamatan Saparua Timur.
[REDAKTUR: HADI KURNIAWAN]