Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini mengatakan bahwa proyek PSEL berbasis kawasan seperti Mebidang justru bisa menjadi model nasional.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan prototipe tata kelola energi sampah yang tidak hanya berbasis kota, tetapi berbasis wilayah metropolitan.
Baca Juga:
PLN Butuh 3000 Triliun untuk Tambah Kapasitas Pembangkit, ALPERKLINAS: Akan Mudah Jika Didukung Semua Pihak
“Kalau Mebidang berhasil menjadi klaster energi sampah, maka konsep Jakarta-Bodetabek dan Bandung Raya bisa mencontoh pendekatan yang sama,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan, masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa sampah bukan hanya urusan kebersihan, tetapi bagian dari skema transisi energi bersih yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dengan pendekatan ini, kata Tohom, budaya memilah dan mengolah sampah bisa lebih diterima publik karena dikaitkan langsung dengan manfaat energi dan penghematan.
Baca Juga:
Hindari Gagal Produksi listrik, ALPERKLINAS Dorong Pemerintah Awasi Ketat Pemeliharaan Bendungan yang Digunakan PLTA
Dalam pandangan MARTABAT Prabowo-Gibran, hadirnya Danantara Indonesia sebagai Badan Pengelola Investasi energi sampah harus dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah daerah.
Tohom mendorong Pemprov Sumut dan tiga kepala daerah di kawasan Mebidang segera duduk satu meja dan menetapkan roadmap kolaboratif berbasis parameter produksi sampah harian dan potensi daya listrik yang bisa dibangkitkan.
Sebelumnya, Kepala Dinas LHK Sumut Heri Wahyudi Marpaung menyampaikan bahwa volume sampah di Kota Medan telah mencapai 1.000 hingga 1.700 ton per hari, sehingga masuk kriteria prioritas program PSEL dari Danantara Indonesia.