Sumut.WAHANANEWS.CO - Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyatakan dukungan penuh terhadap upaya pemerintah menjadikan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai transshipment port bertaraf internasional.
Organisasi relawan ini menilai, pengembangan pelabuhan yang terletak di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, merupakan langkah strategis dalam memperkuat ketahanan logistik nasional sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan barat Indonesia.
Baca Juga:
Tak Hanya Menyegarkan, 8 Buah Ini Efektif Atasi Masalah Kulit dari Dalam
Terletak di jalur pelayaran tersibuk dunia yakni Selat Malaka, Kuala Tanjung merupakan aset maritim strategis yang belum tergarap maksimal, namun berpeluang besar menjadi gerbang logistik internasional Indonesia.
Ketua Umum Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, mengatakan bahwa transformasi Kuala Tanjung menjadi pelabuhan pengalihmuatan kargo internasional (transshipment port) akan membawa multiplier effect yang besar bagi kawasan barat Indonesia.
Terlebih, pelabuhan ini terintegrasi dengan kawasan industri dan didukung oleh infrastruktur jalan tol dan jalur kereta api yang tengah dibangun.
Baca Juga:
Dari Jawa Timur hingga Papua, 55 PLTP dan PLTS Mulai Beroperasi di Era Prabowo
“Kuala Tanjung bukan hanya pintu masuk barang, tetapi pintu masuk peluang. Posisi strategis di Selat Malaka memberi kita keuntungan geografis yang harus dikapitalisasi untuk memperkuat daya saing nasional,” ujar Tohom, Jumat (27/6/2025).
Ia menekankan pentingnya pendekatan self generating port yang diterapkan di Kuala Tanjung, yakni pelabuhan yang menghasilkan kargonya sendiri dari kawasan industri terintegrasi.
Konsep ini, menurutnya, adalah bentuk keberlanjutan yang akan membuat pelabuhan tidak hanya menjadi infrastruktur kosong, tetapi pusat ekonomi yang hidup dan produktif.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menambahkan bahwa Pelabuhan Kuala Tanjung dapat menjadi solusi strategis dalam mempercepat pembangunan kawasan dan menekan disparitas logistik antara wilayah barat dan timur Indonesia.
“Saat ini ekonomi masih Jawa-sentris. Kuala Tanjung bisa jadi penyeimbang. Apalagi sudah ada KEK Sei Mangkei dan perusahaan besar seperti Inalum, Wilmar, Unilever hingga Toba Pulp. Dengan pelabuhan ini, kawasan industri tidak lagi terisolasi,” tegasnya.
Lebih jauh, ia menyoroti pentingnya digitalisasi sistem kepelabuhanan agar Kuala Tanjung mampu bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan internasional seperti Port Klang dan Singapura.
Ia mengungkapkan bahwa pelayanan yang cepat, transparan, dan berbasis teknologi informasi adalah kunci dari daya saing logistik di era modern.
“Kita bicara era global. Kecepatan dan efisiensi adalah segalanya. Jangan sampai pelabuhan bagus, tapi dokumen lambat dan sistem lelet. Digitalisasi harus jadi tulang punggung operasional Kuala Tanjung,” ujar Tohom.
Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Arif Toha, menjelaskan bahwa Pelabuhan Kuala Tanjung disiapkan sebagai pelabuhan transshipment yang mampu menarik kapal-kapal besar dari berbagai negara.
Dengan konsep pelabuhan yang menghasilkan kargonya sendiri dari kawasan industri terintegrasi, Kuala Tanjung diproyeksikan merebut 5% pangsa pasar transshipment di Selat Malaka.
Pengembangan pelabuhan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, yaitu pembangunan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal, telah beroperasi dengan fasilitas modern seperti dermaga 500 meter, trestle 2,8 kilometer, serta sistem IT terintegrasi.
Pelabuhan ini juga akan terkoneksi langsung dengan Jalan Tol Trans Sumatera dan jaringan kereta api.
Pemerintah berharap Kuala Tanjung menjadi pusat logistik dan distribusi utama bagi Sumatera Utara dan provinsi sekitarnya.
KEK Sei Mangkei serta sejumlah industri besar di wilayah itu diyakini akan menjadi penyumbang utama kargo pelabuhan, sekaligus memperkuat peran Kuala Tanjung dalam rantai pasok global.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]