WahanaNews-Sumut| Harga karet di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) dalam 2 pekan terakhir kembali mengalami penurunan. Terpantau disalah satu pasar transaksi jual beli getah di Lingkungan VII Pagarbatu Kelurahan Pinangbaru, Kecamatan Pinangsori, Sabtu (18/2/2023), harga karet masih disekitaran Rp9.000 per kilogramnya.
"Harga getah saya tadi cuman di bandrol Rp9.000," ujar Alam Bakkara (38), petani karet berasal dari Kelurahan Pinangbaru ketika ditemui di lokasi jual beli getah, Sabtu (18/2/2023).
Baca Juga:
Ikatan Akademi Paradigta Indonesia, 23 Kader Pekka Angkatan 1 di Meranti Diwisuda
Ia mengatakan, sejak awal tahun harga karet masih belum berpihak kepada petani. Setiap pekan terjadi penurunan harga. Kondisi ini membuat petani menjadi kelimpungan. Dirinya mengaku terpaksa melakukan pekerjaan sampingan, agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.
"Tak cukup lagi menutupi biaya hidup. Saya terpaksa mencari pekerjaan sampingan, mengangkat kayu dari hutan, atau pekerjaan lainnya di sekitar tempat tinggal untuk menambah penghasilan," tuturnya.
Ia berharap harga karet di tingkat petani dapat kembali naik. Pasalnya, sebagian besar petani di Kecamatan Pinangsori adalah petani karet. Sehingga kalau harga komoditas itu bergerak naik, dampaknya relatif sangat terasa terhadap kesejahteraan mereka.
Baca Juga:
2000 Peserta Ramaikan Pawai Ta'aruf MTQN Ke 55 dan Festival Nasyid Tingkat Kecamatan Meranti
"Harapan kita harga karet kembali menaik, setidaknya normal. Apalagi ini menjelang lebaran," harapnya.
Penjual getah lainnya juga mengeluhkan harga karet yang tak kunjung membaik malah semakin menurun. Namun untuk menutupi kebutuhan pokok sehari-hari, petani karet terpaksa menjual walau harga dibawah standar.
"Mau tidak mau, terpaksalah kita jual, karena tidak ada lagi toke getah yang menawar di atas Rp9.000," ujar Mendrofa, petani karet lainnya.
Sementara itu, M. Pasaribu (43), alah seorang toke karet di kawasan pasar Pinangsori mengaku jika komoditas penyumbang devisa ini kerap mengalami penurunan harga, tanpa terprediksi kapan bisa baiknya. Padahal menurutnya, getah alam dari daerah Pinangsori merupakan getah kualitas terbaik yang ada di Sumatera Utara.
"Secara keseluruhan, produksi karet alam dari kawasan Pinangsori mencapai 20 hingga 50 ton per pekannya. Ini semua merupakan hasil kebun masyarakat. Tidak ada dari kebun karet perusahaan seperti PTPN," tuturnya.
Diakuinya, harga yang relatif menurun membuat petani menjerit. Sementara disisi lain, harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Kondisi ini membuat sejumlah petani karet beralih ke pekerjaan lain.
"Kalau sekarang ini produksi karet sudah berkurang. Setahun terakhir ini banyak para petani tidak lagi menyadap karetnya, akibat harga yang tidak standar," tutupnya. [rum]