Oleh : RR.Wahyu Sulistyawati Ratulangi,S.Pd, Guru SDS Tunas Muda IKKT, Jakarta Barat).
Baca Juga:
Bupati Samosir Serahkan 9 Unit Ambulance di Perayaan Paskah Oikumene
WahanaNews-Sumut | Salah satu unsur terpenting dalam pembentukan kebebasan berpendapat adalah sebuah pendidikan yang baik seharusnya dapat menghasilkan manusia seutuhnya yang tidak hanya mengedepankan aspek skolastik, namun juga dapat belajar mencapai aktualisasi diri.
Hal ini hanya dapat tercipta melalui sekolah yang telah mendapat intervensi psikologis di dalamnya. Secara teknik mendidik anak ada empat hal utama, yaitu Ajaran, Hukuman, Imbalan dan Keteladanan.
Yang kita inginkan adalah sebuah komunikasi yang wajar saja, akan tetapi tulus, terbuka, seimbang, sejajar, saling mengerti dan memahami serta saling menghargai,menumbuhkan rasa nyaman dan aman karena memang inilah hakekat komunikasi. Di dalam komunikasi intinya harus dibangun keselarasan, sebab tanpa keselarasan, akan memunculkan resistensi dan ini akan menyebabkan distorasi maupun reduksi dari pesan yang ingin kita sampaikan. Kita harus memperhatikan penerimaan, penghargaan dan pengakuan lawan bicara kita.
Baca Juga:
Hari Otonomi Daerah Ke-28 Turut Diperingati Pemkab Samosir
Komunikasi adalah pokok penting dalam pembahasan tentang disiplin anak yang harus dibangun, tumbuh dan dipelihara oleh keluarga, khususnya hubungan antara orangtua dan anak. Jadi sekalipun orangtua tidak memberi hukuman pada anak,komunikasi harus tetap dipelihara, terlebih lagi setelah orangtua memberikan hukuman
Pembahasan
Sejak anak usia dini, orang tua seharusnya menanamkan suatu sikap bagaimana seorang anak bisa menghormati kewibawaan orangtuanya. Hal ini penting bukan karena untuk memenuhi ego orangtua, melainkan karena relasi orangtua dan anak menjadi dasar penentu bagi semua hubungan yang akan dialaminya. Hal ini juga didasari keyakinan bahwa anak-anak yang menghormati orangtua akan diberkati, sehingga hal ini dilakukan sesuai pentingnya mendidik anak, yaitu menyelamatkan masa depan mereka, yang bahagia dan panjang umurnya.
Katagori yang membangun iklim komunikasi all, Evaluation dan description, Control dan problem orientation, Strategy dan spontaneity, Neutrality atau emphaty, Superiority dan equality, Certainty dan provisionalism.
Sebuah komunikasi yang wajar saja, akan tetapi tulus, terbuka, seimbang, sejajar, saling mengerti dan memahami serta saling menghargai, menumbuhkan rasa nyaman dan aman karena memang inilah hakekat komunikasi. Di dalam komunikasi intinya harus dibangun keselarasan, sebab tanpa keselarasan , akan memunculkan resistensi dan ini akan menyebabkan distorsi maupun reduksi dari pesan yang ingin. Kita sampaikan.
Ada 3 komponen dasar komunikasi efektif, Matching, Pacing (melangkah), Leading (memimpin).
Kecerdasan intrapersonal dan interpersonal, merupakan dasar dari kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Kecerdasan intrapersonal mencakup kemampuan seseorang untuk berdialog dengan pikirannya sendiri, gerak hatinya,suara batinnya dan kesadaran dirinya, Kecerdasan interpersonal mencakup kemampuan seseorang untuk berkomunikasi kepada sesuatu di luar dirinya. Kedua kecerdasan ini tidak dapat dipisahkan.
Kunci dari sebuah interaksi adalah komunikasi. Kunci berkomunikasi yang efektif adalah kedua kecerdasan tadi.
Berapa teknik interaksi dapat digunakan untuk menjembatani terjalinnya komunikasi efektif dengan para siswa, pada umumnya sudah dikenal dan dikuasai oleh para guru yang berpengalaman all, Modalitas bahasa, Pendekatan bahasa, Bahasa Tubuh, Humor dan Ice breaking, Pacing and leading, Mengenali dan mengingat nama, Mengenali latar belakang siswa.
Agar efektif, komunikasi dengan anak itu harus didasari oleh dua hal, yaitu keinginan untuk menghargai anak plus adanya keterampilan berkomunikasi. Keinginan untuk menghargai anak hanya akan terpenuhi kalau orangtua mampu menyampaikan maksudnya tanpa melukai harga diri anak, dan ketrampilan memilih kata-kata yang bisa mewakili keinginan itu.
Prinsip Komunikasi, menyediakan waktu berkomunikasi secara pribadi, menghargai anak, mengerti anak, mempertahankan Hubungan.
Rintangan Dalam Komunikasi nada perintah, gertakan, bertele-tele, interogasi, mau tahu secara terinci, teknik berkomunikasi menguasai teknik mendengar, menguasai teknik di luar bahasa, menghindari emosi, jangan terlalu cerewet.
Bobot Komunikasi, pengetahuan umum, konsep, nilai agama, konsep moral, suka, duka, marah, dan senang, kehidupan di sekolah, kehidupan dalam keluarga.
Untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, tumbuhkan beberapa sikap di dalam diri kita antara lain:
1. Mau menomor satukan kejujuran dan tidak membohongi anak.
2. Menunjukkan sikap supertif dan tidak menuntut, menghakimi,memarahi atau pun menyalahkan anak.
3. Mampu menjaga emosi agar tetap kokoh dan tidak gampang panic saat beradapan dengan perilaku anak, entah itu tangisan, jeritan, kerewelan, atau pun sikap tantrum lainnya.
4. Matang dan tidak mudah terintimidasi untuk membalas perilaku anak dengan sikap kekanak-kanakan yang sama (entah itu ikutan menjerit, berteriak ataupun memukul).
5. Mau memfokuskan isi pembicaraan dengan anak kearah tujuan yang sama.
6. Menunjukkan sikap tulus dan mau memperhatikan sungguh-sungguh pembicaran anak,
7. Santai dan kasual tapi tidak kehilangan wibawa
8. Konsisten antara perilaku dan perkataan.
Komunikasi yang tidak efektif kerap dilakukan orang tua adalah komunikasi terpatahkan. Di sini sering kali pembicaraan dengan anak di paksa berakhir “dead lock”, dan tidak mendapat peluang untuk pembahasan yang lebih dalam dan personal.
Sikap orang tua cenderung menyudutkan anak ke posisi yang lebih rendah, lebih sepele atau lebih bodoh. Di mata orang tua, anak hanyalah sosok subordinat yang pendapatnya tidak perlu didengar, harga dirinya tidak perlu dijaga, pun perasaannya tidak perlu dihargai. Komunikasi terpatahkan bisa muncul dalam wujud gaya bicara yang menyalahkan, membandingkan, mengancam, mengkritik atau menyindir.
Berkomunikasi setelah memberi hukuman artinya suatu dialog yang hangat antara orangtua dan anak (guru dengan murid), dimana orangtua (guru) menjelaskan bahwa tindakan memberikan hukuman tersebut dimaksudkan oleh karena orangtua (guru)mengasihi anak(murid). Orangtua (Guru) perlu mengkomunikasikan kasih sayang dalam bentuk sikap dan perbuatan setelah anak menerima hukuman. Komunikasi setelah memberikan hukuman, juga untuk memastikan apakah anak melakukan hal itu, dengan sengaja atau ketika komunikasi dari pembicaraan dengan anak, kita akan tahu bahwa itu terjadi karena anak belum memahami aturan, norma tersebut.
Komunikasi setelah member hukuman memang suatu alat yang efektif untuk menyembuhkan luka hati anak. Jadi dalam hal ini, komunikasi yang dilakukan orangtua(guru) sifatnya lebih daripada sekedar tindakan pencegahan atau prefentif agar anak-anak tidak memiliki kepahitan atau tawar hati terhadap orangtuanya(gurunya) tetapi juga merupakan suatu tindakan penyembuhan atau refrensif dengan membesarkan hati anak. Menciptakan komunikasi efektif antara orang tua dan anak (guru dan murid) juga dapat menggunakan teknik-teknik diatas.
Penutup
Komunikasi yang dilakukan orangtua (guru) sifatnya lebih dari pada sekedar tindakan pencegahan atau prefentif agar anak(murid) tidak memiliki kepahitan atau tawar hati terhadap orangtuanya(guru) tetapi juga merupakan suatu tindakan penyembuhan atau refrensif dengan membesarkan hati anak(murid). Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pendidik(orang tua dan guru) yang didukung oleh kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya dapat menjadi cahaya yang menerangi anak-anak ketika berada di rumah dan seluruh ruang kelas. Dan, akan memvibrasi kepada seluruh siswa sehingga ruang kelas itu secara perlahan-lahan akan terkena radiasi berupa ledakan kegairahan belajar menyala-nyala, partisipatif dan menyenangkan. Pada saat seperti itu, mengajar bukan lagi sebuah pekerjaan yang membebani, melainkan telah berubah menjadi sebuah “karya Seni yang melahirkan kepuasan bathin.
Hubungan komunikasi harmonis antara orang tua dan anak (guru dan murid) harus diupayakan semaksimal mungkin di sela-sela kesibukan pekerjaaan antara lain dengan memanfaatkan waktu-waktu rekreasi, saat makan bersama, setelah selesai beribadah atau berdoa bersama, dan saat-saat menjelang tidur.
(cat, Amir Faisal dan Zulfanah, Menyiapkan Anak Jadi Juara, Bunda Hana, Tidak Cukup Hanya Dengan Cinta, Jarot Wijanarko, Berani Mendisiplin Anak,Mary Go Setiawani,Menerobos Dunia Anak). [rum]