Drs. Thomson Hutasoit
Salah satu ungkapan kearifan budaya (culture wisdom), kearifan lokal (local wisdom) Batak Toba tentang harga diri dan jati diri ialah "Metmet Sihapor Lunjung Dijujung Do Uluna" dalam terjemahan bebas "kecil pun capung dijunjung kepalanya" maknanya betapapun kecil status atau starata sosial manusia tetap mempunyai harga diri atau jati diri tak bisa dilecehkan atau di hina atas alasan apapun.
Baca Juga:
Polres Simalungun Berhasil Meringkus Pelaku Judi Online di Raya Kahean, Simalungun, Berkat Informasi Masyarakat
Harga diri atau kehormatan adalah status dan eksistensi ditengah kehidupan masyarakat, bangsa, negara maupun dunia internasional.
Harga diri sangat berkorelasi dengan jati diri seseorang, masyarakat, bangsa maupun negara dalam pergaulan atau interaksinya satu sama lain.
Jati diri (KBBI); 1) ciri-ciri, gambaran atau keadaan khusus seseorang atau benda; 2) inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam; spiritualitas.
Baca Juga:
Kebakaran Tujuh Rumah di Parapat bermula dari lantai dua rumah makan ayam geprek
Jika dikaitkan dengan tata pergaulan lebih luas, misalnya dalam pergaulan antar bangsa- bangsa atau negara maka setiap bangsa maupun negara akan selalu berupaya mengangkat dan mempertahankan harga dirinya dengan menunjukkan jati diri yang terbentuk dari adat budaya sebagai peradaban warisan leluhur.
Tidak ada satu bangsa di atas bumi tak punya adat budaya atau peradaban betapapun sederhananya yang menjadi fondasi karakter spesifik bangsa bersangkutan.
Sebab, menurut Bergen Evan (1946) "Tiap peradaban betapapun primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat".
Demikian halnya leluhur Batak Toba memberi pengetahuan kepada generasinya bagaimana memosisikan diri ditengah kehidupan masyarakat, bangsa, negara maupun antar bangsa-bangsa di dunia.
Tapi sayang berbagai kearifan budaya, kearifan lokal warisan nenek moyang Nusantara kerap diabaikan karena dianggap kampungan, ndeso, ketinggalan zaman (out of date) akibat mabuk budaya luar, dll.
Bila diperhatikan cermat dan seksama para pemimpin-pemimpin besar dan tersohor dunia mereka menggali dan mengangkat kearifan-kearifan budaya dimiliki landasan karakter mental, moral, jati diri sebagai simbol harga diri atau kehormatan terhadap bangsa- bangsa lain di dunia.
Para pemimpin besar tersohor itu tidak silau dan tergila-gila, mendewa-dewakan adat budaya bangsa lain sebagaimana kekeliruan besar dan sesat pikir para mabuk budaya luar yang rela membunuh bangsanya sendiri demi menegakkan budaya asing seperti dikatakan Bung Karno.
Disadari atau tidak, setuju atau tidak kearifan budaya, kearifan lokal Batak Toba "Metmet Sihapor Lunjung Dijujung Do Uluna" sangat berkorelasi liner dengan "Berdaulat dalam politik" salah satu dari Ajaran TRI SAKTI Bung Karno; Berdaulat dalam politik; Berkepribadian dalam kebudayaan; Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi, sebagai ciri negara merdeka dan berdaulat.
Negara merdeka tanpa kedaulatan sesungguhnya ialah negara tak punya harga diri dan jati diri yang selalu dependen, tergantung dan didikte oleh bangsa atau negara lain, baik politik, ekonomi, budaya maupun kekuatan lainnya.
Bangsa atau negara memiliki harga diri, jati diri harus mampu melepaskan diri dari berbagai intervensi, tekanan, belenggu, cengkraman dari pihak mana pun melahirkan kebijakan yang berguna dan bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan negaranya.
Bukan sebaliknya meminta restu dan persetujuan ataupun pesanan (order) bangsa atau negara lain untuk melahirkan regulasi atau kebijakan karena ketakutan, misalnya; tak dapat pinjaman (utang) sebagaimana dilakukan International Money Found (IMF) pada dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) bermasalah selama 20 tahun lebih sedang dikejar Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini.
Berbagai intervensi, tekanan pihak asing terhadap urusan domestik Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) termasuk pengelolaan sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) harus dilawan keras dengan prinsip "Metmet Sihapor Lunjung Dijujung Do Uluna" selaku negara merdeka dan berdaulat.
Karena hanya bangsa dan negara memiliki jati diri, harga diri dihormati oleh bangsa- bangsa lain di dunia.
Kearifan budaya, kearifan lokal tumbuh subur di bumi Nusantara perlu digali dan dikembangkan landasan pembangunan karakter bangsa (nation character building) berjati diri dan berharga diri ciri khas bangsa Indonesia termasuk menjalankan "Politik Bebas Aktif" agar dihormati dan disegani sebagai negara merdeka dan berdaulat di dunia. (tum)
Penulis adalah pemerhati pembangunan dan sosial budaya