WahanaNews-Sumut | Ada tiga kunci kesuksesan, yaitu percaya diri, percaya kepada orang lain, dan percaya kepada Allah. Nabi Ahia menubuatkan kehancuran dinasti Yerobeam dan kerajaan Israel. Sebagai pemimpin, Yerobeam telah menuntun rakyat terperosok ke dalam dosa. Hal ini terjadi karena ia tidak percaya diri, tidak percaya kepada Allah dan orang lain.
Ketika Yerobeam masih menjadi pegawai Salomo, Nabi Ahia sudah menubuatkan bahwa ia akan menjadi raja atas sepuluh suku Israel (lih. 11:28-39). Proses seseorang menjadi raja adalah perbuatan Allah, bukan kemampuan manusia. Itu sebabnya, Nabi Ahia menyebutkan bahwa Yerobeam menjadi raja karena Allah.
Baca Juga:
Lengkap Penderitaan ! Jalan Rusak Sampah Menumpuk Tepat dibelakang Telkom Kota Perdagangan
Yerobeam selalu merasa tidak aman. Ia tidak percaya bahwa Allah mengangkatnya menjadi raja atas Israel. Ia tidak percaya pada kasih Allah. Ia juga tidak percaya pada dukungan rakyatnya. Hal itu tampak dalam tindakannya menyuruh istrinya menemui Nabi Ahia sambil menyamar (2). Ia tidak ingin orang lain mengetahui bahwa ia meminta petunjuk kepada nabi yang kini menentangnya. Ia takut citra dan wibawanya jatuh bila rakyatnya mengetahui ia meminta bantuan nabi Allah. Bisa jadi, ia juga takut Nabi Ahia akan menolaknya jika tahu istrinyalah yang datang.
Yerobeam hendak meminta petunjuk Nabi Ahia berkenaan dengan kondisi anaknya, Abia (1-3). Sebenarnya, ia tidak mengkhawatirkan kesehatan anaknya dan tidak minta tolong agar nabi mendoakan kesembuhan anaknya. Akan tetapi, ia mempertanyakan kelanjutan dinastinya. Mungkin, peristiwa itu terjadi di akhir masa pemerintahannya dan Abia digadang-gadang menjadi penerus takhta ayahnya. Yerobeam khawatir tentang kelanjutan takhtanya. Ia lupa bahwa Allah yang menjadikan dia raja. Ia melupakan kasih Allah dan rakyatnya sehingga hidupnya dipenuhi kekhawatiran.
Merasa cemas atau khawatir tentang masa depan yang tak menentu adalah wajar. Tantangan hidup membuat kita berkecil hati, juga hal yang wajar. Namun, itu semua bukan alasan untuk berhenti percaya kepada kebaikan Allah yang hadir dalam kebaikan sesama dan kemampuan diri. [rum]