WahanaNews-Sumut | Dianggap terlalu rendah harga yang ditawarkan oleh sejumlah agen Sawit di Tapanuli Tengah, membuat sebagian petani kelapa sawit di wilayah Kecamatan Pinangsori, Tapteng mulai beralih menjual hasil panen keluar daerah, seperti ke Tebing Tinggi karena dianggap menawarkan harga lebih tinggi daripada harga pasaran di Tapanuli Tengah Sumatra Utara.
Di ketahui harga saat ini kelapa sawit di Tapteng, sekitar Rp 750 hingga Rp 900 per kilogram (kg), sedangkan harga di pasaran Tebing Tinggi mencapai Rp 1.400 sampai Rp 1.500 per kg nya.
Baca Juga:
Ikatan Akademi Paradigta Indonesia, 23 Kader Pekka Angkatan 1 di Meranti Diwisuda
Pengakuan ini langsung di ungkapkan oleh Petani Sawit asal Pinangsori Binsar Sitompul yang sudah dua kali menjual hasil panen keluar daerah tersebut mengatakan, harga Rp 800 di Pinangsori itu belum termasuk ongkos angkutnya ke pabrik.
"Jadi kita dapat hasil penjualan yang sedikit dan ini masih harus kita bagikan lagi ke buruh yang mengangkut. Sementara ada harga yang cukup bagus di Tebing, dengan biaya angkut dan buruh yang sama. Kami memilih menjual dengan harga yang buat kami bisa dapat lebih," katanya, Selasa malam sekita pukul 20.33 WIB (23/7/2022) di Desa Masundung Kecamatan Pinangsori saat melakukan aktivitas jual beli dengan masyarakat sekitar.
Sedangkan untuk desa Parjalihotan Kecamatan Pinangsori, Harga yang di tawarkan oleh agen pada para petani hingga malam ini sebesar 800 rupiah perkilogramnya.
Baca Juga:
2000 Peserta Ramaikan Pawai Ta'aruf MTQN Ke 55 dan Festival Nasyid Tingkat Kecamatan Meranti
"Kalau di Desa kita ini pak Harga Sawit saat ini ke tingkat petani masih 800 rupiah," ujar Kepala desa Parjalihotan Nuato Harefa saat di konfirmasi awak Media ini.
Dia juga menambahkan kalau untuk harga di wilayahnya sangat memprihatikan.Dan mengharapkan ada solusi secepatnya untuk harga sawit masyarakat ini.
"Harga saat ini sangat memprihatikan Pak, kalau lah ada solusi untuk harga sawit ini dari pemerintah kalau boleh secepatnya lah bisa normal. Minimal bisa biaya hidup lah saat ini untuk kebutuhan sehari hari pun gak cukup lagi," timpalnya .
Sementara itu, sebagian petani lebih memilih sawitnya membusuk tanpa memanen, sembari menunggu harga kembali normal.
"Kalau kami petani sawit yang agak jauh dari pinggir jalan lebih memilih untuk tidak memanen, dan membiarkan sawitnya busuk dikarenakan harga yang sangat murah!ini, soalnya tak sesuai lagi langsir buah dan upah dodosnya(Penen) karena kejauhan dengan harga saat ini," ujar warga lain. [rum]
Ikuti update berita pilihan dan breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik t.me/WahanaNews, lalu join.