"Dari jaman orangtua saya hasilnya tetap sebegini-begini. Ikannya juga tidak berkurang dan tetap segar. Kualitasnya juga sama seperti dulu. Ini membuktikan ekositem sungai masih tetap baik dan terjaga," aku pria yang akrab disapa Oki ini.
Menurutnya, jika aktivitas pembuangan limbah yang dilakukan PT Agincourt Resources ke sungai Batangtoru mempengaruhi keberlansungan hidup dan perkembangbiakan ikan, ia meyakini nelayan-nelayan tidak lagi akan mendapat hasil, dan pastinya akan beralih profesi. Namun kenyataannya, hingga saat ini nelayan tradisional masih tetap nyaman dengan pekerjaan tersebut.
Baca Juga:
Politeknik Transportasi SDP Palembang Mengadakan Diklat untuk Pelaku Transportasi Sungai dan Danau
Hasil tangkapan ikan tidak menurun dan hasilnya tetap cukup menutupi kebutuhan rumah tangga serta biaya sekolah anak-anak. Harga ikan sungai yang saat ini di banderol Rp 25 ribu hingga Rp 40 ribu per kg, memastikan nelayan tradisional berpenghasilan minimal Rp1,5 juta per bulannya.
Walau merasa nyaman sebagai nelayan tradisional, Muhammad Rasoki tidak berkeinginan mewariskan profesi tersebut kepada anak-anaknya. Ia berharap, anak-anaknya sukses dengan melakoni profesi lain.
"Ngak lah. Ini banyak tantangannya. Kalau air besar bisa hanyut. Saya pernah hanyut 3 kali, selamat ditolong warga," pungkasnya sambil tersenyum. [tum]