Sumut.WAHANANEWS.CO - Rencana besar pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, diyakini akan membuka ribuan lapangan kerja baru dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, di tengah euforia investasi dan pembangunan infrastruktur, Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran mengingatkan pemerintah agar tidak melupakan faktor krusial: kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal.
Baca Juga:
Berdebu dan Macet, Pengedara Keluhkan Proyek Drainase KEK Sei Mangkei
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyatakan bahwa target penciptaan 83 ribu lapangan kerja di KEK Sei Mangkei hingga tahun 2031 hanya akan tercapai bila masyarakat sekitar benar-benar dipersiapkan untuk menyambutnya.
Ia mengingatkan, perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industrialis bukan hanya soal lapangan kerja, tapi juga kesiapan mental, keahlian, dan kedisiplinan.
“Jangan sampai kita gembar-gembor soal masuknya investasi dan penciptaan lapangan kerja, tapi masyarakat lokal justru hanya jadi penonton,” ujar Tohom, Sabtu (2/8/2025).
Baca Juga:
Kawasan KEK Sei Mangkei Digadang Jadi Pusat Industri Hilirasi Sawit, MARTABAT Prabowo-Gibran Imbau Masyarakat Tingkatkan Hasil Panen Sawit
Transformasi ekonomi kawasan seperti KEK Sei Mangkei, lanjutnya, merupakan langkah strategis untuk meningkatkan daya saing nasional. Namun tanpa penyiapan SDM lokal yang adaptif dan profesional, peluang tersebut bisa dengan mudah direbut oleh pekerja dari luar daerah bahkan luar negeri.
“Kalau pemerintah daerah dan pusat abai, maka yang terjadi adalah pekerja luar yang akan mengisi posisi penting, sementara warga lokal hanya kebagian kerja kasar atau bahkan tidak terlibat sama sekali,” tambahnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyebut KEK Sei Mangkei sebagai potensi katalis pertumbuhan ekonomi nasional yang tak bisa dipandang sebelah mata karena kawasan ini punya posisi strategis dalam rantai pasok nasional dan ekspor dengan didukung infrastruktur seperti dry port dan jalur kereta ke pelabuhan besar.
“Sei Mangkei ini bukan sekadar kawasan industri, tapi bisa menjadi role model bagaimana pengembangan ekonomi regional mampu menumbuhkan kota-kota baru,” ujarnya sambil menegaskan bahwa kunci utamanya tetap ada pada manusianya.
Menurut Tohom, pemerintah harus lebih agresif mengintegrasikan KEK dengan program nasional seperti revitalisasi SMK, Kartu Prakerja, pelatihan BUMN, hingga penguatan peran Balai Latihan Kerja (BLK).
“Peluangnya besar, tantangannya juga besar,” tegasnya, sambil mengingatkan bahwa ekosistem pendukung untuk SDM tak kalah penting dari bangunan fisik kawasan.
Sebelumnya, Muhammad Fadillah dari PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA) yang mengelola KEK Sei Mangkei menyebut bahwa saat ini sudah ada 18 perusahaan yang berkomitmen di kawasan tersebut, dengan 7 di antaranya telah beroperasi penuh.
Fasilitas dasar seperti listrik, air, jalan, manajemen limbah, hingga dry port telah tersedia, meski pengelola masih mendorong penyediaan fasilitas pelengkap seperti pasokan uap dan hidrogen.
Fadil mengakui bahwa tantangan utama saat ini adalah kesiapan masyarakat sekitar menghadapi dunia kerja industri, termasuk pergeseran pola kerja dari fleksibel menjadi sistemik dan terjadwal.
“Mentalitas masyarakat agrikultur ke industri itu beda,” kata Fadil yang juga mengungkapkan pendidikan masyarakat yang rendah sebagai penghambat.
Sementara itu, warga lokal seperti Eko yang kini bekerja di salah satu perusahaan dalam KEK, mengungkapkan bahwa dulunya warga sempat menolak pembangunan kawasan ini karena khawatir soal limbah dan dampak lingkungan.
Namun seiring waktu, KEK justru memberikan dampak positif: lapangan kerja, pertumbuhan UMKM, dan kenaikan nilai ekonomi di sekitar kawasan.
“Awalnya kami khawatir, tapi sekarang sudah lihat sendiri manfaatnya,” ujar Eko yang menyebut banyak pengangguran kini sudah bekerja dan rumah kosong pun bisa dikontrakkan.
Dengan target pertumbuhan ekonomi hingga Rp92,1 triliun dan 83 ribu lapangan kerja di tahun 2031, KEK Sei Mangkei menjadi ladang harapan baru.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]