WahanaNews.co I Banjir Bandang yang
melanda Parapat baru baru ini salah satu petunjuk dan peringatan perlu
kehati-hatian dalam menjaga alam.
Baca Juga:
Kemen ATR/BPN Budi Situmorang : Ada 1.482 Pelanggaran Tata Ruang di kawasan Danau Toba, di Samosir 11 Kasus
Sangat diharapkan perhatian serius
dari pemerintahan, secara khususnya Pemerintah Daerah yang berada di kawasan
Danau Toba agar lebih memperhatikan daerah perbukitan dan lokasi rawan longsor
lainnya secara cermat dan berhati-hati.
Hal tersebut menjadi sorotan dari
pemerhati lingkungan dan juga mantan Bupati Samosir Dr. Wilmar Eliaser
Simandjorang, Dipl_Ec, M.Si.
Baca Juga:
Gairahkan Perekonomian Petani dan Pedagang, TPL Gandeng UMKM Suburkan Hutan Industri di Kawasan Danau Toba
Kepada awak media Wahananews.co, menjawab
pertanyaan bagaimana solusi dan langkah yang perlu diambil oleh Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah daerah sekitarnya dan masyarakat, dalam mengatasi
resiko banjir kiriman dan longsor yang akhir-akhir ini sudah sering muncul ?
"Mari kita bertekun dan tetap berjuang
secara terus menerus untuk menyuarakan perihal perlunya pemeliharaan Kayu
Hutan Alam dihulu Kawasan Danau Toba," sebut Wilmar, pembuka
penjelasanya, Minggu (16/05/2021).
Kata Wilmar lagi, kawasan hutan
sebagai salah satu berkat Tuhan yang menjadi daerah resapan air, seharusnya
dipelihara dan dijaga dengan baik kelestariannya.
"Jangan dengan semborono
menebanginya apalagi melakukan pembiaran terhadap illegal logging yang
akhir-akhir ini sangat marak terlihat di Kawasan Danau Toba," tegasnya.
Menurutnya, ada beberapa langkah dan
solusi yang dapat dilakukan oleh pemegang kepentingan guna mengelola dan
memelihara hutan agar tetap terjaga kelestariannya.
Diantaranya Instansi Pemerintah yang mempunyai Tupoksi seperti BP DAS kemen LHK
tentang kelestarian hutan membuat dan melakukan dengan
menyiapkan suatu model spesifik khas Konservasi Kawasan Danau Toba (KDT) yang
nantinya dapat menjadi suatu acuan bagi kegiatan konservasi kawasan,
yang tentunya diperuntukkan dapat ditiru oleh berbagai pihak peduli
lingkungan seperti masyarakat serta Ngos.
Wilmar Simandjorang juga salah satu
pengurus Badan Pengelola TOBA CALDERA
UNESCO GLOBAL GEOPARK (UGGp) menjabat sebagai Koordinator Bidang Edukasi, Penelitian
dan Pengembangan.
Dia juga menekankan dan mendesak
dilakukan kampanye yang gencar dan bersifat edukasi kepada masyarakat,
bahwa Tao Toba terbentuk dengan
adanya Letusan Gunung Api Toba yang terjadi ribuan tahun yang lalu.
Suatu berkat Tuhan kepada
masyarakat Tapanuli, Indonesia khususunya dan Dunia yang harus di ingat dan
disyukuri, tak kalah penting harus dipelihara dengan sebaik-baiknya.
"Dengan terbentuknya Tao Toba (Danau
Toba) menjadikan berkat dan salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat di
sekitaran Danau Toba, dan menjadi kebanggaan masyarakat Tapanuli," tambahnya.
Masyarakat diharapkan dapat menjaga
kelestarian alam sekitarnya, bukan hanya untuk kepentingan generasi sekarang saja
tetapi juga demi kepentingan generasi yang akan datang.
"Perlu diingat, bahwa terjadinya
letusan Gunung Toba tersebut juga telah menciptakan dan mewariskan suatu
kekayaan sumber daya yang luar biasa berupa Geodiversity, Biodiversity,
Culturdiversity yang tentu harus dikelola dan dipelihara dengan sebaik baiknya,"
jelasnya.
Khusus kepada perantau dan LSM yang
sudah banyak memberikan perhatian pada pembangunan KDT dengan berbagai cara,
terutama akhir-akhir ini dengan membentuk Lembaga dan gencar melakukan
pertemuan-pertemuan baik tatap muka maupun online yang dikenal berwabiner
perihal kepedulian akan Toba, dia mengajak sudah saatnya masing-masing ikut
melakukan aksi nyata dalam konservasi di Kawasan Danau Toba (KDT).
Demikian juga kelembagaan yang
dibentuk khusus oleh Pemerintah Pusat seperti BOPDT dan yang dibentuk Gubernur
Sumatera Utara. Yakni Badan Koordinasi Ekosistem Kawasan Danau Toba dan Badan
Pengelola Toba Caldera UNesco Global Geopark, sudah saatnya mampu menunjukkan
kinerjanya yang dapat dilihat masyarakat luas tentang kehadirannya dalam ikut
serta melestarikan KDT yang telah ditetapkan menjadi sebagai KSN dan KSPN serta
Super Super Prioritas pembangunan. Bahkan sejak bulan Juli tahun 2020 lalu sudah menyandang
predikat UNesco Global Geopark dengan 6 Rekomendasi yang harus
dilakukan.
Wilmar yang juga aktif sebagai Dosen Ahli
di Fakultas Ilmu Sosial Humanioria Kristen (FISHK) Tarutung, mempertanyakan
sejauh mana peranan perusahaan BUMN/D maupun BUMS yang menikmati Sumber Daya Alam
KDT yang signifikan akan kelestarian KDT dan dapat terukur di lihat masyarakat
luas.
"Perlu diingat mana kala kawasan
hutan tak terpelihara dengan semestinya, maka bahaya akan mengancam dihadapan
kita. Seperti kita lihat dan dengar bahwa hutan sekitaran KDT ada yang
dialih fungsikan, serta dirambah oleh pihak pihak yang tak bertanggung
jawab, tanpa memikirkan resiko kedepannya," terangnya.
Dengan adanya kerusakan hutan,
tentunya akan mengancam keselamatan masyarakat yang berada di bawah kaki
pegunungan.
"Banjir dan longsor akan mengancam
setiap saat, penyebab utamanya kayu-kayu hutan alam yang ada dihutan sudah digunduli. Selain itu juga
akan merusak keindahan Danau Toba, dimana air yang kotor dari pegunungan ikut
membawa sisa-sisa limbah dan akan merusak lingkungan. Danau Toba yang kita
banggakan suatu saat akan hancur," urai Wilmar.
Menjawab petanyaan Wartawan Media ini
mengenai peranan pengawasan dan pengendalian dari aparatur terkait, dia
menjawab, agar pihak Pemerintah Pusat, Daerah sebagai pemegang kekuasaan, segera
mengambil langkah-langkah dalam penyelamatanhutan disekitar KDT.
Pihak Polisi Kehutanan, Kepolisian
Resort, Kejaksaan dan TNI disetiap Kabupaten aktif melakukan pengawasan dan
penertiban. Baik yang bersifat antisipatif maupun reaktif dalam menyikapi kondisi yang terjadi dilapangan.
"Oleh karenanya yang dibutuhkan
di KDT pada saat ini, disamping pemeliharaan atas kekayaan lingkungan, hutan,
alamnya serta kekayaan budayanya juga pengawasan yang ketat tentang kekayaan
tersebut," jelasnya.
Wilmar mengingatkan, bahwa dalam melihat
Danau Toba jangan dengan Kaca Mata Kuda saja yakni bukan semata
pembangunan infrastruktur yang sekarang gencar dan dibanga-banggakan.
"Sangat jauh dari situ yakni perlu
pemeliharaan dan penyelamatan KDT sebagai warisan (hertage) dunia.
Dengan demikian perlu perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan Penyelamatan KDT, sehingga terhindar dengan
segera dari degradasi lingkungan yang
sudah sangat memprihatinkan ini," harapnya.
Wimar dalam pesan-pesannya terhadap penyelamatan KDT menyatakan
secara tegas bahwa untuk keberhasilan semua hal yang diungkapkan di atas diharapakan
para pimpinan Gereja dan Jemaatnya harus dengan segera tampil ke depan
untuk memimpin pergerakan penyelamatan lingkungan dalam arti seluas-luasnya
dan ikut serta melakukan konservasi KDT di sekitar kawasan dengan mempedomaniRekomendasi
Unesco Juli 2020, secara khusus tentang konservasi dan mitigasi.
Kemudian Lembaga Pendidikan tinggi
juga diharapkan ikut serta melakukan penelitian dasar dan penelitian terapan
untuk mencari akar masalah kerusakan lingkungan dan dapat menawarkan bagaimana
penanggulangannya untuk dapat dijadikan sebagai bahan dalam rangka pengambilan
keputusan oleh Pemerintah.
"The
last but not least, kunci utamanya penyelamatan KDT terletak pada Pemberdayaan
Masyarakat Lokal Dengan Kearifan Lokal secara baik dan benar serta berkesinambungan. Ayo kita lakukan apa yang
menjadi bagian kita masing masing, jangan biarkan Danau Toba semakin hancur," kata
Wilmar Simandjorang mengakhiri. (tum)