Sumut.WAHANANEWS.CO – Kedatangan kapal pesiar internasional MS. Star Voyager yang bersandar di Pelabuhan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal, beberapa waktu lalu, menjadi sorotan serius dari Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran.
Ketua Umumnya, KRT Tohom Purba, menilai momen ini bukan hanya simbol masuknya wisatawan asing, tetapi juga ujian kesiapan Indonesia dalam mengelola pelabuhan strategis yang digadang sebagai Kawasan Ekonomi Dunia.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Progres Kawasan Industri Kuala Tanjung, Sebut Infrastruktur Dasar Penentu Daya Saing
“Masuknya kapal pesiar dengan ribuan turis mancanegara seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk memastikan bahwa Kuala Tanjung tidak hanya menjadi pelabuhan transit, tetapi juga magnet investasi dan pariwisata kelas dunia. Infrastruktur pendukung harus segera dibenahi agar kawasan ini benar-benar bisa bersaing dengan Port Klang di Malaysia atau Singapura,” kata Tohom, Selasa (26/8/2025).
Tohom menegaskan, potensi Kuala Tanjung sangat besar. Selain strategis di jalur Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk dunia, pelabuhan ini juga bisa menjadi game changer bagi perekonomian Sumatera Utara.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Tol Kutepat: Kunci Emas Menuju Kejayaan Kawasan Ekonomi Dunia Kuala Tanjung
Namun, menurutnya, tanpa percepatan pembangunan infrastruktur darat, konektivitas logistik, hingga fasilitas wisata yang memadai, momentum ini bisa hilang begitu saja.
“Bayangkan 1.700 wisatawan asing datang sekaligus, namun jika mereka mendapati akses jalan buruk, minim transportasi, dan fasilitas pelabuhan yang belum standar internasional, citra kita di mata dunia bisa turun. Ini bukan sekadar soal pariwisata, melainkan daya saing ekonomi global,” tegas Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa keberadaan Kuala Tanjung harus ditempatkan dalam konteks mega-urban region.
Menurutnya, pelabuhan ini tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus terhubung dengan ekosistem ekonomi yang lebih luas, mulai dari Kawasan Industri Sei Mangkei hingga jaringan logistik lintas Sumatera.
“Kuala Tanjung harus diperlakukan sebagai pusat aglomerasi ekonomi dunia. Kalau pemerintah lambat, maka kita akan kalah cepat dari negara tetangga yang terus berbenah,” ujarnya.
Ia menekankan, masuknya kapal pesiar hanyalah satu sisi dari potensi Kuala Tanjung. Ke depan, kawasan ini harus diarahkan sebagai hub perdagangan, energi, dan pariwisata yang terintegrasi.
“Jangan hanya puas dengan kapal pesiar yang singgah. Target kita harus lebih tinggi: menjadikan Kuala Tanjung sebagai pintu masuk global Indonesia di barat, sejajar dengan pelabuhan internasional lain di Asia,” pungkas Tohom.
Sebelumnya, Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Tanjung Balai Asahan, Barandaru Widyarto, menegaskan bahwa kedatangan kapal pesiar internasional menjadi momentum penting bagi pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi lokal.
Ia memastikan pelayanan keimigrasian berjalan cepat, aman, dan akurat untuk mendukung pengalaman wisata yang nyaman di Sumatera Utara.
Barandaru juga menyebut wisatawan mancanegara yang turun di Kuala Tanjung dijadwalkan berkunjung ke destinasi unggulan seperti Danau Toba, Kota Medan, serta berbagai objek wisata lain di Sumatera Utara.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]