"Di banyak destinasi premium dunia, moda amfibi ini selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dan jika kita ingin menempatkan Danau Toba sejajar dengan destinasi internasional, maka langkah ini sangat strategis," jelasnya.
Lebih jauh, Tohom menekankan perlunya sinkronisasi regulasi antar-instansi, agar pengoperasian pesawat amfibi berjalan lancar. Ia menilai dukungan pemerintah pusat, daerah, hingga otorita pariwisata mutlak diperlukan.
Baca Juga:
Infrastruktur Otorita Danau Toba Makin Lengkap, MARTABAT Prabowo-Gibran Pastikan Kesiapan Sambut Wisatawan Dunia
"Kita bicara bukan hanya tentang teknologi transportasi, tapi juga tentang tata kelola ruang udara, ruang perairan, hingga keamanan penumpang. Semua itu harus disiapkan sejak awal," ungkapnya.
Tohom, yang juga Ketua Aglomerasi Watch, mengingatkan pentingnya melihat Danau Toba sebagai kawasan aglomerasi wisata yang menyatukan kabupaten-kabupaten sekitarnya.
"Transportasi amfibi ini bisa menjadi pemersatu antar-wilayah di sekitar Danau Toba. Bayangkan wisatawan bisa mendarat di Samosir, lalu melanjutkan perjalanan singkat ke Tapanuli Utara atau Humbang Hasundutan. Inilah yang saya sebut integrasi aglomerasi pariwisata," tegasnya.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dukung UMKM Sebagai Motor Ekonomi Danau Toba
Ia pun menutup dengan optimisme bahwa terobosan ini akan membuka lembaran baru bagi Danau Toba.
"Jika langkah ini konsisten dijalankan, saya yakin Danau Toba bukan hanya ikon Sumatera Utara, tapi akan berdiri sejajar dengan destinasi dunia seperti Lake Tahoe di Amerika atau Lake Como di Italia," pungkas Tohom.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]