WahanaNews.co | Aktivis lingkungan hidup dan penggiat literasi Togu Simorangkir bersama tim 11 AJAK (Aksi Jalan Kaki) Tutup TPL untuk menemui Presiden Joko Widodo telah sampai di Jakarta pada Selasa (27/07/2021).
Baca Juga:
Jokowi Dinilai Ingkar Janji, Gerak Tutup TPL Dilanjutkan
Ketika berbincang dengan WahanaNews.co di salah satu apartemen di Jakarta, Togu Simorangkir mengungkapkan beberapa alasan kenapa PT TPL yang beroperasi di Tanah Batak itu harus ditutup, Jumat (30/07/2021).
Sejak Senin, 14 Juni 2021 tim 11 AJAK Tutup TPL telah memulai perjalanannya dari makam Sisingamangaraja XII di Toba. Mereka menempuh perjalanan sejauh lebih 1.700 kilometer ke Ibu Kota Jakarta dengan berjalan kaki, meminta pemerintah segera menutup PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Baca Juga:
Sempat Ditangkap Polisi, Aktivis dan Warga Adat Tano Batak Dilepas
"Hari ini hari ke 47, sebenarnya belum tuntas masih ada 8 kilometer lagi, jadi masih istirahatlah karena PPKM," kata Togu mengawali pembicaraan.
Terkait perkembangan tujuan tim 11 AJAK Tutup TPL saat ini telah sampai ke Presiden Joko Widodo.
"Iya kalau ke Pak Presiden sebenarnya surat sudah, surat dari aliansi gerak tutup TPL itu juga sudah di terima oleh Setneg. Kalau surat yang tulis tangan aku kemaren ketika diatas kapal penyeberangan Bakauheni-Merak juga sudah di terima Setkab," kata Togu.
"Jadi, kita masih menunggulah, masih menunggu kabar dari istana, karena memang aksi ini kan ingin menyampaikan aspirasi, bersilaturahmi antara rakyat dengan presidennya, jadi kita tunggu sampai ada kesediaan waktu dari bapak Presiden," lanjutnya.
Togu simorangkir mengatakan, isi surat hanya minta bertemu, karena ingin menyampaikan aspirasi tentang danau toba dan ingin menyampaiakan bukti-bukti kerusakan lingkungan di Danau Toba.
Data-data kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar Danau Toba akibat kehadiran PT TPL juga sudah terkumpul dan lengkap, akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo.
"Kalau data-data sudah lengkap, dari aliansi itu lengkap data, kalau kita tim 11 Ajak Tutup TPL ini fokus di jalan. Misi kita ini dari aksi jalan kaki ini ingin mencari perhatian publik, itu yang pertama. Kedua itu kita bagian dari penyadaran kampanyekan, menyampaikan ke publik bahwa Danau Toba sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Jadi kelestarian danau toba untuk kesejahteraan generasi mendatang, itu visi dari Aksi Jalan Kaki," lanjutnya.
Togu menyebut, beberapa alasan kenapa TPL harus ditutup karena harus diakui, telah terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup di kawasan Danau Toba. Baik dari sisi kualitas airnya, debit airnya, kerusakan hutannya dan banyak hal yang terjadi. Belum lagi konflik-konflik agraria dengan masyarakat adat itu juga terjadi.
"Setelah kita lihat-lihat 30 tahun TPL di tano batak lebih banyak mundaratnya dari pada mamfaatnya kok," ujar Togu.
Disebutkan juga akar masalah kenapa debit air Danau Toba menurun, sehingga ada turbin PT Inalum tidak bekerja, itu karena keruskan lingkungan hidup di sekitaran Danau Toba.
"Jadi di stop aja aktivitas di daerah hulunya bukan malah membuat sebuah rekayasa cuaca yang menelan biaya yang cukup besar. Juga menimbulkan kerusakan hasil pertanian dari masyarakat. Karena seperti yang kemarin itu terjadi angin kencang dan hujan badai, tanaman holtikultura milik masyarakat itu kan jadi rusak. Jadi menurut aku pemerintah harus memikirkan, menyelesaikan masalah harus ke akar masalahnya, bukan merambat ke yang lain-lain itu supaya anggaran turun, itu tidak menyelesaikan masalah," terangnya.
Togu juga menguraikan, diduga PT TPL sedang mengalami kerugian beberapa tahun terakhir sesuai dengan hasil laporanya, dan juga menunggak pajak sekitar Rp 1 Triliun.
"Kalau data-data itukan memang ada tim khusus sendiri yang menyiapkannya, jadi memang ada informasi yang kita terima, ada penunggakan pajaklah sekitar Rp 1 Triliun dan laporannya juga beberapa tahun terakhir ini kan TPL ini kan rugi. Jadi kalau rugi ngapain dipertahankan ? mendingan di tutup, toh rugi. Kalau laporannya itu, tapi kalau misalnya dia membuat laporan bohongkan, jadi kriminal juga nanti," jelas Togu.
Semangat inilah yang diharapkan oleh Tim Ajak Tutup TPL dalam memperjuangan masyarakat Toba dan sekitarnya untuk merawat lingkungan serta tatanan budaya masyarakat Batak. (tum)