WahanaNews-Sumut | Video marah-marah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRD Sumut) Sri Kumala saat melaksanakan reses di Desa Sijawi-jawi, Kecamatan Sei Kepayang Barat, Kabupaten Asahan viral di media sosial.
Demikian di sampaikan oleh Ok Rasyid juru bicara Sri Kumala dalam konferensi persnya, "Video itu hanya sepenggal-sepenggal dan terkesan ingin menyudutkan Bu Sri Kumala". Selasa ( 20/06/2023) pukul 16.00 WIB di Lims cafe Jalan Imam Bonjol, Kisaran Timur, Asahan
Baca Juga:
Satu dari Dua Pelaku Curanmor di Warnet Robben Game Center Ditangkap Polisi
Ok Rasyid membenarkan reses tersebut. Namun, menurutnya, yang dituduhkan kepada Sri Kumala tersebut tidak benar.
Dari penjelasan Ok Rasyid, dirinya langsung berada di tempat, Sri Kumala menghardik seorang yang diduga mahasiswa atas tindakan yang tidak sopan dipertontonkan oleh seorang yang berpendidikan.
"Itu videokan tidak dari awal. Itu hanya sepenggal yang diduga ditunggangi oleh oknum. Karena dari awal Sri Kumala hadir disana sudah ada percobaan untuk menghalangi kegiatan reses tersebut dari oknum DPRD Kabupaten Asahan," ujar Ok Rasyid
Baca Juga:
Pelaku Pemanah Remaja di Jalan Gatot Subroto Ditangkap Polsek Medan Baru
Katanya, mahasiswa tersebut datang ke acara reses dan sengaja hendak membuat kegaduhan dalam acara yang digelar DPRD Fraksi Gerinda tersebut.
"Dia datangnya terlambat, kemudian begitu Sri Kumala ngomong dia (maha siswa) mencetuskan kata-kata yang tidak sopan dan seperti sengaja membuat kegaduhan. Tetapi Sri Kumala tetap menghargai dia sebagai mahasiswa, bahkan dia disuruh duduk di depan bersama kami di samping kepala desa," ujarnya.
Menurutnya, aksi tersebut bukan merupakan sebuah kearogonan seperti dibeberapa media sosial.
"Saya seperti itu, karena dia seperti itu. Saya tampung aspirasi masyarakat, saya dengarkan mereka. Tapi tidak pernah ada laporan ke saya. Dengan saya turun kesanalah makanya saya mau mendengarkan apa keluhan mereka,"bebernya.
Ia mengaku, dirinya juga merupakan seorang dosen yang mengerti mahasiswa. Namun, menurutnya mahasiswa harus memiliki etika dalam berbicara dan menyampaikan argumen.
"Tidak seenaknya memotong dan membuat kegaduhan di acara reses saat sedang masyarakat menyampaikan apa masalah di desanya," pungkasnya. [Irvan]