TAPSEL.WAHANANEWS.CO – PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, menunjukkan kepedulian yang luar biasa dengan menyalurkan bantuan senilai Rp987 juta kepada 2.500 keluarga yang terdampak banjir bandang di Tapanuli Selatan dan Padangsidimpuan.
Bencana alam yang disebabkan oleh curah hujan tinggi ini melanda wilayah Kecamatan Angkola Muara Tais dan Kecamatan Sayur Matinggi di Tapanuli Selatan, serta Kota Padangsidimpuan pada pertengahan Maret 2025.
Baca Juga:
Banjir Bandang Hantam Parapat, Lumpur Menerjang Rumah Warga Hingga Rusak
Bantuan yang disalurkan dalam beberapa tahap sejak 15 Maret 2025 ini berupa sembako, handuk, dan kain sarung. Penyaluran difokuskan pada daerah-daerah yang paling terdampak, dengan koordinasi yang erat bersama pemerintah daerah setempat. Bantuan ini meliputi kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir, air mineral, ikan sarden, dan telur ayam, memberikan dukungan nyata bagi para korban untuk memulai pemulihan pasca-bencana.
General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis, mengungkapkan rasa prihatin yang mendalam atas musibah ini.
"Kami turut berduka cita atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita. Agincourt Resources berkomitmen untuk selalu membantu masyarakat dalam situasi darurat," ujar Rahmat saat penyerahan bantuan di Kecamatan Sayur Matinggi pada Minggu, 16 Maret 2025. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam penanggulangan bencana dan memastikan bantuan tepat sasaran.
Baca Juga:
Gubernur Banten Kerahkan Alat Berat dan Personel Atasi Pendangkalan Sungai Serang
Apresiasi tinggi disampaikan oleh Bupati Tapanuli Selatan, Gus Irawan Pasaribu, dan Wali Kota Padangsidimpuan, Letnan Dalimunthe, atas respons cepat dan kepedulian PTAR. "Terima kasih atas kepedulian Agincourt Resources. Kehadiran pemerintah dan PTAR menjadi penyemangat bagi masyarakat yang terdampak," ujar Gis Irawan Pasaribu. Senada dengan itu, Wali Kota Letnan Dalimunthe mengungkapkan kekagumannya atas aksi tanggap darurat PTAR yang begitu cepat dan efektif.
Kisah Rawani, warga Desa Pargumbangan, menggambarkan dahsyatnya banjir yang terjadi. "Banjir terjadi pukul 02.00 dini hari. Air sungai sangat deras, dan rumah saya hanya satu meter dari sungai. Banjir mencapai setinggi pinggang dan baru surut pukul 10.00 pagi. Ini banjir terparah sejak 2017," kenang Rawani.
Ia pun menyampaikan rasa syukur atas bantuan yang diterimanya, menekankan pentingnya bantuan air bersih dan makanan dalam situasi darurat seperti ini.