WahanaNews-Sumut | PLN Unit Induk Wilayah Sumatera Utara menitikberatkan pada kesadaran masyarakat sebagai penentu dari keandalan listrik di beberapa daerah di Kabupaten Karo dan Langkat yang hingga kini masih mengalami padam hampir setiap hari.Yasmir Lukman, Manager Humas PLN Unit Induk Wilayah Sumatera Utara, mengatakan saat ini PLN memiliki kecukupan pasokan untuk memenuhi kebutuhan listrik Sumut. Daya mampu listrik PLN untuk Sumut bahkan dia klaim sudah mencapai sekitar 3.000 MW dengan beban puncak 1.900 MW.
Karena itu menurutnya bila pada saat-saat tertentu terjadi padam listrik, itu pasti disebabkan adanya gangguan, bukan karena keterbatasan daya. Bila terjadi padam listrik di Sumut dewasa ini dipastikannya akibat adanya gangguan pada jaringan tegangan menengah (JTM).
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Rencana PLN Ubah Tiang Listrik Jadi SPKLU, Utamakan Keselamatan Masyarakat
Adapun gangguan-gangguan yang terjadi terdiri dari beragam faktor. Mulai dari gangguan karena jaringan tersentuh binatang, ranting pohon, cuaca, dan sebagainya.
Beberapa daerah di Sumut, seperti di Kecamatan Bahorok, menurut dia, masih rawan dengan sentuhan pohon dan migrasi monyet. Karena itu, katanya, unit-unit PLN selalu melaksanakan kegiatan pemeliharaan, seperti perawatan jarigan, perampalan pohon, penggantian komponan jaringan tegangan menengah (JTM).
Namun di lapangan, menurut dia, ada saja warga yang menolak perampalan pohon dan minta ganti rugi. Padahal PLN sudah menyampaikan tidak boleh menanam pohon di bawah atau dekat dengan jaringan listrik.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Musim Hujan, Masyarakat Diminta Hindari Berteduh Dekat Instalasi Listrik
"Itu hanya butuh kesadaran masyarakat saja sih. Kemungkinan masyarakat yang belum sadar, masih menganggap tidak masalah pohon atau hewan menyentuh jaringan," ujarnya," Senin (20/6/2022).
Dia mengatakan, masing-masing daerah dipasangi JTM yang berbeda. Ada daerah yang dilintasi JTM jenis A3C (kabel telanjang) dan jenis A3CS (kabel berisolasi).
Daerah-daerah yang kerap mengalami gangguan biasanya masih menggunakan JTM berjenis kabel A3C. Dan JTM di Sumut masih didominasi kabel berjenis A3C atau kabel telanjang.
Lantas mengapa PLN tidak menggunakan kabel A3CS pada JTM di seluruh Sumut? Menurut Yasmir, penggunaan kabel jenis itu membutuhkan investasi yang besar. Selain harganya lebih mahal, PLN juga harus mengganti komponen penyulang.
Penyulang merupakan bagian dari pendistribusian tenaga listrik dari Gardu Induk untuk sampai menuju konsumen. Karenanya PLN saat ini hanya menggunakan kabel jenis A3CS pada JTM di daerah-daerah rawan gangguan.
Dia mengklaim selama ini PLN melakukan pergantian kabel JTM dari berjenis A3C ke A3CS secara bertahap karena keterbatasan amggaran. Itu pun hanya dilakukan pada JTM di daerah-daerah rawan.
Lalu mengapa beberapa daerah di Kabupaten Karo dan Langkat yang sering mengalami gangguan tidak ditandai sebagai daerah rawan? Yasmir tidak menjawab dengan jelas.
Dia hanya mengatakan seharusnya daerah-daerah yang sering mengalami gangguan tersebut diusulkan unit PLN setempat untuk dilakukan pergantian kabel JTM ke jenis A3CS. Dan biasanya hal itu diusulkan oleh unit-unit PLN di daerah terkait.
Namun dia menilai pergantian kabel JTM ke jenis A3CS juga tidak menjamin tidak terjadi trip berulang. Hal itu karena gangguan pada arus induksi juga akan tetap dirasakan penampang berisolasi.
"Langkah efektif adalah melaksanakan perampalan pohon dan sosialisasi ke masyarakat agar jangan menanam pohon mendekati jaringan listrik," pungkasnya.
Sebelumnya, warga di beberapa daerah di Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat mengeluhkan kondis listrik di daerahnya yang hampir setiap hari mengalami padam beberapa kali. Kondisi ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun, terutama di Kecamatan Tigabinanga dan Kecamatan Tiganderket (Karo), serta Kecamatan Bahorok (Langkat).[afs]