Ia mengingatkan bahwa dalam konteks pembangunan nasional, kawasan Danau Toba sudah menjadi prioritas strategis dan harus dijaga keberlanjutannya, termasuk dari sisi lingkungan, sosial, dan budaya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch, lembaga pemantau kawasan metropolitan dan aglomerasi nasional, menambahkan bahwa pengelolaan lintas sektor antara pariwisata, lingkungan, dan tata ruang perlu diperkuat agar perhelatan UTMB ini tidak hanya sukses secara seremonial, tetapi juga mampu memperkuat posisi Danau Toba sebagai simpul aglomerasi wisata kelas dunia.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo–Gibran Apresiasi Langkah DPR RI Bantu Atasi Sengketa Lahan untuk Percepatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Dunia Pelabuhan Kuala Tanjung
“Danau Toba harus disiapkan sebagai episentrum wisata olahraga berbasis alam, bukan hanya untuk 2025, tapi untuk jangka panjang. Kita bicara branding kawasan. Jangan sampai hanya ramai saat event, lalu sepi kembali. Pemerintah pusat dan daerah harus menyusun roadmap yang jelas,” tegas Tohom.
UTMB World Series Danau Toba tahun ini menghadirkan enam kategori lomba: 5K, 10K, 28K, 60K, dan 100K, dengan target peserta antara 2.000 hingga 50.000 orang.
Dengan lanskap geografis yang spektakuler dan kekayaan budaya lokal yang khas, Danau Toba diprediksi akan menjadi magnet utama bagi pelari internasional.
Baca Juga:
Dukung 'Detikcom Regional Summit', MARTABAT Prabowo-Gibran: Rebana Butuh Pemerataan Investasi dan SDM
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution menyatakan bahwa ajang UTMB ini akan menjadi momentum kebangkitan ekonomi Sumut pascapandemi.
“Sebagai salah satu dari 54 seri resmi UTMB di dunia, ajang ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan mancanegara dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara,” kata Bobby.
Direktur Utama BPODT, Jimmy Panjaitan, juga mengungkapkan bahwa kehadiran UTMB di kawasan Danau Toba membawa manfaat besar.