Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menegaskan bahwa pengembangan kawasan industri seharusnya tidak terlepas dari prinsip tata kelola ruang yang berpihak pada rakyat.
Menurutnya, KEK seperti Sei Mangkei merupakan cermin dari strategi aglomerasi yang berhasil apabila mampu mengintegrasikan antara industri besar, UMKM lokal, serta sektor pertanian rakyat secara berkelanjutan.
Baca Juga:
14 Perusahaan Internasional Akan Investasi di KEK Sei Mangkei, MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Pemerintah Terapkan Regulasi Kemudahan Berusaha dan Jamin Keamanan
“KEK Sei Mangkei sebagai potensi aglomerasi industri yang ideal, tapi tetap perlu dikawal. Jangan sampai menjadi kawasan eksklusif yang hanya menguntungkan satu pihak. Pemerintah daerah, pengelola kawasan, dan masyarakat harus duduk bersama untuk menjamin partisipasi rakyat dalam rantai pasok dan rantai nilai industri di sini,” bebernya.
Ia juga menyoroti pentingnya investasi tidak hanya mengejar volume proyek, tapi juga kualitas dampaknya terhadap pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.
Menurutnya, KEK Sei Mangkei perlu dirancang bukan sekadar sebagai klaster industri, tapi sebagai pusat pertumbuhan sosial-ekonomi baru yang menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar.
Baca Juga:
Gawat ! Korban Kecelakaan Kerja di KEK Sei Mangkei Tak Dapatkan Bantuan
Sebelumnya, Bupati Simalungun Anton Achmad Saragih menyatakan komitmennya untuk menjadikan KEK Sei Mangkei sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
Dalam kunjungannya ke kawasan tersebut, Anton menggarisbawahi pentingnya mempercepat realisasi investasi dan menjalin kerja sama dengan calon investor dari dalam dan luar negeri.
Ia juga menyampaikan bahwa pembangunan sejumlah proyek industri, termasuk pabrik sarung tangan, tengah berlangsung dan diharapkan memberi manfaat langsung bagi masyarakat Simalungun.