SUMUT.WAHANANEWS.CO, MEDAN — Di balik perayaan Paskah yang digelar Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Sumatera Utara, Kamis (8/5/2025), tersirat pesan mendalam: perempuan bukan hanya penopang keluarga, tetapi juga penjaga cahaya nilai kemanusiaan, persatuan, dan kasih di tengah tantangan zaman.
Bertempat di Aula Farhan Tanjung, Kantor Dinas Perhubungan Sumut, perayaan ini melampaui sekadar seremoni keagamaan. Ia menjadi ruang reflektif bagi para istri ASN dan perempuan pelayan masyarakat untuk menguatkan kembali tiga hal: iman, pengabdian, dan kepedulian sosial.
Baca Juga:
Rusia dan Ukraina Saling Tuduh Langgar Gencatan Senjata Paskah
“Paskah adalah ajakan untuk kembali pada nilai-nilai luhur: kasih, pengorbanan, dan kebersamaan,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Sumut, Dr. Agustinus, S.SiT, MT. Ia menegaskan bahwa di balik keharmonisan rumah tangga dan bangsa, ada peran perempuan yang sabar, kuat, dan penuh kasih. “Dari tangan ibu, lahir generasi yang bermoral dan spiritual,” tambahnya.
Ketua DWP Provsu, Ny. Aulia Effendi Pohan, mempertegas bahwa pembinaan mental dan spiritual bukan pelengkap, melainkan inti dari peran perempuan dalam pembangunan. Ia menyampaikan bahwa Paskah menjadi simbol kebangkitan semangat untuk terus berbuat baik lintas iman dan latar belakang.
“Keberagaman bukan sekat. Justru di sanalah letak kekayaan bangsa ini. Perempuan bisa menjadi jembatan kasih antarumat,” ucap Aulia.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Serukan Gencatan Senjata Gaza Saat Perayaan Paskah
Mewakili panitia, Ny. Hesti Agustinus Panjaitan melaporkan bahwa perayaan ini adalah puncak dari aksi nyata DWP Sumut dalam bentuk bakti sosial. Sebanyak 230 paket bantuan telah disalurkan kepada pasien RS Jiwa Prof. M. Ildrem dan anak-anak di Panti Asuhan Cinta Kasih. Aksi ini menjadi wujud nyata semangat “kasih yang bekerja”.
Dalam khotbahnya, Ev. Johny Purba mengajak hadirin merenungkan bahwa Paskah adalah titik balik dari kegelapan menuju terang, dari ketakutan menuju harapan.
Puncak acara dimeriahkan oleh tarian delapan etnis dari Dinas Ketapang serta paduan suara “Siyahamba” yang dinyanyikan anak-anak panti asuhan, menyatukan pesan spiritual dengan budaya lokal — menyentuh dan menggugah.
Paskah DWP Sumut 2025 bukan hanya memperingati kebangkitan, tapi juga memperlihatkan bahwa perempuan dapat menjadi terang — tak hanya bagi rumah tangga, tetapi juga bagi lingkungan kerja, masyarakat, dan Indonesia yang majemuk. (*)