Ia menilai, konsep aglomerasi, di mana berbagai sektor saling terhubung dan berinteraksi, hanya akan berhasil jika UMKM dijadikan pusat gravitasi pertumbuhan.
“Aglomerasi ekonomi tanpa UMKM ibarat kapal besar tanpa jangkar. UMKM lah yang menjaga agar pembangunan tidak melayang di atas awan, tapi benar-benar menjejak ke kehidupan masyarakat sehari-hari,” ungkapnya.
Baca Juga:
Soal Pengelolaan Sumur Minyak Rakyat, Menteri UMKM Buka Suara
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa UMKM di sekitar Danau Toba kerap menghadapi hambatan klasik seperti keterbatasan akses permodalan, rendahnya kapasitas manajerial, dan minimnya promosi.
Karena itu, dukungan pemerintah, BUMN, maupun pihak swasta harus dirancang dengan pola yang lebih adaptif.
“Jangan sampai program pemberdayaan hanya berhenti di seremoni peluncuran. Yang dibutuhkan adalah keberlanjutan, monitoring, dan pendampingan nyata,” kata Tohom.
Baca Juga:
Langkah Canggih Gubernur Pramono: Strategi Dana On-Call sebagai Solusi Pemotongan DTD Pusat Rp15 Triliun
Sebelumnya, PT Pertamina melalui Program Kemitraan juga telah memberikan bantuan bagi UMKM di kawasan Danau Toba dengan skema pinjaman modal, pelatihan, hingga kesempatan mengikuti pameran.
Program ini diharapkan bisa mendukung pemulihan ekonomi masyarakat yang sempat terdampak pandemi, sekaligus memperkuat ekosistem usaha lokal di Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Danau Toba.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]