Sumut.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi relawan nasional MARTABAT Prabowo-Gibran, menilai bahwa pengembangan urban farming dan pelestarian kuliner khas daerah merupakan dua kunci strategis dalam mempercepat pembangunan kawasan metropolitan Medan–Binjai–Deli Serdang (Mebidang).
Penegasan ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyikapi langkah-langkah proaktif yang dilakukan Pemerintah Kota Medan dalam mendorong pertanian urban dan ketahanan pangan.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Uni Emirat Arab Investasi di Kawasan Ekonomi Batam
“Urban farming bukan hanya soal menanam di perkotaan. Ini adalah fondasi baru pembangunan ekonomi berbasis rakyat. Ia memperkuat daya tahan kota terhadap krisis pangan, sekaligus menghidupkan ekonomi lokal secara cepat dan berkelanjutan,” ujar Tohom, Sabtu (5/7/2025).
Menurutnya, konsep pertanian kota di wilayah metropolitan seperti Mebidang bisa menjadi tulang punggung ketahanan pangan sekaligus strategi konkret mengatasi stunting dan krisis gizi.
Hal itu dinilai sejalan dengan visi besar Presiden Prabowo Subianto yang ingin menjadikan rakyat sebagai kekuatan utama dalam sistem pangan nasional.
Baca Juga:
Miliki 31 Kawasan Industri dan 135 Industri Perkapalan, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Uni Emirat Arab Investasi di Kawasan Ekonomi Batam
Tohom juga menyoroti pentingnya mengangkat kuliner lokal sebagai bagian dari strategi pembangunan.
“Kuliner khas daerah itu bukan sekadar identitas budaya. Ia adalah aset ekonomi yang bisa menggerakkan sektor UMKM, menciptakan lapangan kerja, dan menjadi daya tarik wisata yang kuat. Maka sinergi antara urban farming dan kuliner khas akan menciptakan siklus ekonomi lokal yang sehat,” jelasnya.
Lebih lanjut, Tohom menilai, keberanian Pemerintah Kota Medan dalam mendukung program pertanian kota patut dijadikan model nasional.
Ia mengapresiasi inisiatif yang digagas Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, termasuk pelibatan Koordinator Kecamatan Tani Merdeka Indonesia dalam membuka ruang-ruang pertanian produktif di wilayah urban.
“Ini contoh konkret pemerintahan yang progresif. Kalau program seperti ini dikawal dengan benar, Mebidang bisa menjadi model metropolitan yang hijau, mandiri pangan, dan sejahtera,” kata Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menambahkan bahwa keberhasilan pembangunan Mebidang harus dimulai dari pendekatan mikro yang menyentuh masyarakat.
“Aglomerasi bukan sekadar peta zonasi wilayah. Ia adalah ruang hidup rakyat. Maka pendekatan seperti urban farming dan ekonomi berbasis kearifan lokal adalah jalan tercepat menuju ketahanan kawasan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa aglomerasi tanpa penguatan pangan dan ekonomi rakyat hanya akan melahirkan ruang megapolitan yang rapuh.
“Kita tidak bisa membangun Mebidang dengan cara berpikir lama. Kekuatan barunya ada di rakyat, ada di pekarangan, di potensi kuliner daerah, dan di komunitas-komunitas lokal yang diberdayakan,” tegasnya.
Sebelumnya, Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, secara resmi menyerahkan mandat kepada para Koordinator Kecamatan Tani Merdeka Indonesia Kota Medan dalam sebuah acara konsolidasi organisasi.
Dalam sambutannya, Rico menekankan pentingnya inovasi pertanian kota untuk menciptakan ruang-ruang produksi pangan di tengah tantangan keterbatasan lahan urban.
“Saya ingin program urban farming di Kota Medan bisa berjalan dengan baik. Para Koordinator Kecamatan Tani Merdeka Indonesia harus mampu menciptakan inovasi dan solusi dalam menjalankan fungsinya,” ujar Rico.
Rico juga mendorong pemanfaatan area perkantoran, gedung, ruko, hingga pekarangan rumah sebagai ruang penghijauan produktif.
Ia menyebut peran petani sebagai kunci utama dalam menjaga pasokan pangan dan kebutuhan pokok masyarakat.
Sementara itu, Ketua Tani Merdeka Indonesia Kota Medan, Agus Suriyono, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen mendorong pemanfaatan lahan pekarangan di seluruh lingkungan kelurahan sebagai lahan pertanian produktif, sekaligus mengembangkan sektor peternakan dan perikanan sebagai dukungan terhadap program pencegahan stunting.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]