WahanaNews.co I Menteri Riset dan Teknologi/Kepala
Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro,
mendukung penuh inovasi pupuk hayati untuk menghasilkan tanaman subur dan kaya
akan gizi dalam rangka menangani masalah stunting atau kekurangan gizi di
Indonesia.
Baca Juga:
Telkom Ajak Generasi Muda Berinovasi Melalui Digitalisasi
Bambang mengatakan, inovasi pupuk hayati bisa menjadi
alternatif penyediaan pupuk di Indonesia sehingga dapat mengurangi
ketergantungan impor.
Penggunaan pupuk hayati juga bisa menjadi salah satu cara
untuk menghasilkan tanaman yang subur dan berkualitas yang nantinya akan
menghasilkan makanan bergizi. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi untuk
menanggulangi masalah stunting atau kurang asupan gizi.
Baca Juga:
Mahasiswa Diminta Ciptakan Inovasi dan Lapangan Kerja dalam Sektor Pertanian Modern
Stunting sendiri adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya
asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga pertumbuhan anak menjadi
terganggu (kekerdilan). Di Indonesia, stunting telah menjadi masalah besar.
Oleh karena itu riset-riset terkait stunting menjadi salah
satu bagian penting dari Prioritas Riset Nasional (PRN), salah satunya adalah
riset penggunaan pupuk hayati yang ternyata memang berperan besar untuk
menghasilkan sumber makanan bergizi sebagai solusi masalah stunting.
"Masalah stunting adalah masalah krusial di Indonesia. Kita
tidak ingin stunting menjadi bencana baru di tengah pandemi COVID-19 ini.
Penggunaan pupuk hayati agar dapat menghasilkan tanaman yang subur dan asupan
yang bergizi tentunya penting sekali," kata Bambang dalam acara kunjungan kerja
ke PT Bio Konversi Indonesia (PT BKI) yang disiarkan secara virtual, Rabu (3/3/2021).
"Kami sangat mengapresiasi PT BKI yang dapat membantu
hilirisasi hasil riset sekaligus membantu mengurangi sampah di Indonesia,"
tambah Menristek,
PT BKI sendiri merupakan produsen pupuk hayati/organik cair biokonversi
dan bionature di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Mereka mengelola 150
ton sampah setiap 150 ton sampah setiap harinya dan menyerap 150 tenaga kerja
lokal. Produk pupuknya telah diaplikasikan ke berbagai jenis tanaman, baik
tanaman pangan, hortikultura, maupun tanaman perkebunan di lebih dari 23
provinsi di Indonesia.
Formula dan teknologi produksi pupuk organik
hayati cair PT BKI merupakan hasil riset dan pengembangan dari anak bangsa yang
telah dipatenkan pada Ditjen HAKI Kementerian KUMHAM RI, mendapatkan pengakuan
mutu "baik" dari lembaga sertifikasi organik lokal (LESOS), dan pengakuan
internasional dari Control Union di Belanda. (tum)