WahanaNews.co |Program Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) adalah sebuah program untuk mendukung kemajuan kepariwisataan dan juga dalam rangka meningkatkan ekonomi berbasis kerakyatan di kawasan danau Toba.Dimana danau Toba ini termasuk salah satu dari 5 kawasan strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang dipilih pemerintah pusat dalam pengembangan pariwisata.Adapun program Sarhunta ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas rumah-rumah masyarakat yang berada disepanjang koridor tujuan wisata dan di lokasi yang dekat dengan obyek wisata. Diharapkan nantinya wisatawan yang datang ke Kabupaten Samosir dapat menginap di Homestay dan menikmati cara hidup masyarakat sekitar serta memahahami akan adat dan budaya di daerah tersebut.Selain itu, program Sarhunta yang pembangunannya dimulai sejak November 2020 lalu ini diharapkan nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup warga sekitar, baik di bidang kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perdagangan, dimana para penerima bantuan ini nantinya dapat mempergunakan bangunan miliknya dalam menerima wisatawan yang datang berkunjung.Kabupaten Samosir merupakan salah satu kawasan yang termasuk dalam program Sarhunta. Beberapa bangunan rumah warga penerima bantuan di sekitar koridor obyek wisata sudah selesai tahap pembangunannya.Namun, untuk program Homestay hingga akhir Maret 2021 di beberapa lokasi tampak program tersebut belum menandakan akan selesai. Hal ini dikawatirkan dapat mempengaruhi program yang sudah dibuat oleh para agen travel dalam menjual promosi kawasan danau Toba khususnya Kabupaten Samosir.Pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) Kab. Samosir beberapa waktu yang lalu, WahanaNews mempertanyakan Kepada pihak Balai Pelaksana Penyedia Perumahaan Sumatera II Bramantyo ST, M PWK sudah sejauh mana progres program sarhunta. Ia berjanji akan menindaklanjuti pertanyaan awak media.Lain halnya dengan pihak Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang tidak mau menjawab pertanyaan awak media baik itu melalui pesan whatsApp maupun menjawab telepon.Salah seorang penerima bantuan program Sarhunta kepada WahanaNews mengatakan, bangunan homestay miliknya hingga saat ini belum selesai dibangun, ia mengaku hanya menerima bahan bangunan dari toko bangunan yang di faktur bon, dimana yang memesan bahan tersebut adalah ketua kelompok."Mengenai upah tukang bukan saya yang membayarkan, kartu ATM untuk pembayaran juga tidak ada pada saya, dan bahkan gambar bangunannya saja dipegang tukang," ucap Asan Turnip penerima bantuan desa Cinta Dame.Selanjutnya, saat WahanaNews memintai konfirmasi kepada ketua kelompok Sihaloho melalui telepon seluler, ia tidak banyak memberikan informasi, dan menyarankan menanya langsung kepada pihak toko bangunan (panglong) maupun tim pendamping yang katanya boru Simamora. Selanjutnya awak media juga coba menghubungi pihak pendamping namun telepon tidak dijawab, melalui pesan whatsApp pun tidak menjawab pertanyaan."Saya hanya ketua kelompok yang dipilih, dimana saya hanya membantu anggota dalam penyediaan bahan, karena bukan ranah saya yang menjawab lebih baik menghubungi pihak panglong maupun pihak pendamping. Mengenai bahan dan upah tukang sudah dimusyawarahkan, "jawab Haloho melalui telepon seluler.Selanjutnya, Koordinator Program Sarhunta Kabupaten Samosir, Dayat saat dimintai keterangan via seluler mengatakan bahwa program ini dimulai di November 2020 dan selesai akhir April 2021 dan berjanji akan segera membuat pertemuan dengan teman-teman Media guna memberikan informasi yang lengkap tentang program ini, ucapnya.(JP)