WAHANANEWS.CO, Jakarta - Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Ketua Dewnm Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan, yang mendorong hilirisasi kemenyan berbasis komunitas di kawasan Tapanuli Raya, Sumatera Utara.
Menurut Tohom, mayoritas kawasan Otorita Danau Toba merupakan sentra produksi kemenyan alami terbesar di Indonesia, sehingga hilirisasi komoditas tersebut merupakan kebijakan strategis yang berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat adat dan petani lokal.
Baca Juga:
Koordinasi dan Pengawasan Jadi Kunci Percepatan Pembangunan IKN, MARTABAT Prabowo-Gibran Ajak Seluruh Elemen Dukung Otorita IKN
“Kawasan Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, hingga sebagian Dairi dan Pakpak Bharat sudah lama menjadi lumbung kemenyan Indonesia. Fakta bahwa lebih dari 30 persen penduduk di wilayah ini menggantungkan hidupnya dari kemenyan adalah sinyal kuat bahwa kebijakan hilirisasi wajib dilakukan secara serius dan berkelanjutan,” ujar Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, Rabu (11/6/2025).
Ia menilai, langkah Luhut yang tidak menitikberatkan pada pembangunan pabrik besar, tetapi justru mendorong teknologi sederhana seperti distilasi uap, merupakan pendekatan inklusif yang relevan dengan konteks sosial-ekonomi masyarakat kemenyan.
“Pendekatan ini sangat membumi. Kita tidak bisa memaksakan industrialisasi model kota besar di pedalaman pegunungan. Teknologi sederhana berbasis komunitas seperti ini yang justru akan membangun ketahanan ekonomi lokal secara berkelanjutan,” tegasnya.
Baca Juga:
Pemprov Jakarta Gunakan Truk Sampah Listrik Karya Anak Bangsa, MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong Daerah Lain Meniru
Tohom juga menggarisbawahi bahwa ekspor kemenyan Indonesia yang telah menembus 43 ribu ton senilai lebih dari US$52 juta pada 2024 membuktikan bahwa nilai tambah masih banyak belum dinikmati oleh petani.
“Potensi nilai tambahnya luar biasa. Kemenyan adalah bahan utama untuk parfum kelas dunia, aromaterapi, bahkan obat-obatan. Jangan sampai petani hanya jadi pengumpul resin mentah, sementara nilai ekonominya diambil pihak luar,” ujarnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengungkapkan pentingnya keterpaduan antara kebijakan hilirisasi dan pengelolaan wilayah aglomerasi Danau Toba yang saat ini menjadi kawasan prioritas nasional.
Ia menyebut data dan peta digital sebaran kemenyan yang sedang disiapkan pemerintah sebagai langkah positif, namun mengingatkan agar pembangunan tidak boleh mengabaikan aspek perlindungan lingkungan dan hak-hak adat.
“Peta digital itu penting, tapi harus dipastikan digunakan bukan hanya untuk investasi, melainkan juga untuk perlindungan ekosistem dan komunitas adat. Jangan sampai pohon kemenyan yang ratusan tahun dijaga masyarakat justru jadi korban eksploitasi atas nama pembangunan,” kata Tohom.
Ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan hilirisasi akan bergantung pada pelibatan aktif masyarakat lokal sejak awal.
“Tanpa partisipasi rakyat, semua rencana tinggal jadi dokumen. Yang kita butuhkan adalah model hilirisasi partisipatif, berbasis komunitas, dan dikelola bersama,” tandasnya.
Sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut bahwa ekspor kemenyan Indonesia telah mencapai pasar Asia dan Eropa.
Namun, ia menyoroti rendahnya harga jual di tingkat petani dan menyatakan niat untuk mendorong hilirisasi melalui skema berbasis komunitas.
“Kami tidak perlu pabrik besar, cukup teknologi distilasi uap yang efisien dan bisa dijalankan komunitas lokal,” ujarnya, melalui media sosial.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]