Sumut.WAHANANEWS.CO - Organisasi relawan nasional MARTABAT Prabowo–Gibran menyatakan dukungan terhadap pengembangan kawasan Danau Toba tidak hanya melalui penyelenggaraan event olahraga air bertaraf internasional, tetapi juga melalui penguatan ekosistem kebudayaan.
Menurut organisasi ini, pembangunan museum budaya di kawasan Danau Toba akan menjadi langkah strategis untuk menjaga warisan leluhur dan memperkuat identitas budaya Batak sebagai bagian penting dari destinasi super prioritas nasional.
Baca Juga:
Menuju Destinasi Wisata Kelas Dunia, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Terobosan Transportasi Amfibi di Danau Toba
Ketua Umum Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo–Gibran, KRT Tohom Purba, mengatakan bahwa keberlanjutan pariwisata di Danau Toba tidak bisa hanya bertumpu pada event olahraga.
“Wisata olahraga air memang efektif mempromosikan Danau Toba secara global, tetapi keberlanjutan pariwisata membutuhkan fondasi budaya yang kuat. Museum budaya adalah bentuk penghormatan kepada sejarah, tradisi, dan narasi lokal yang harus diwariskan kepada generasi mendatang,” ujar Tohom, Minggu (02/11/2025).
Ia menekankan bahwa legenda-legenda lokal seperti kisah Tigor, Jelita, dan Ucok Samosir merupakan pusaka naratif yang bukan hanya sarat nilai moral, tetapi juga sumber identitas masyarakat.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Peran Babinsa dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Otorita Danau Toba Sangat Strategis
“Legendanya bukan sekadar cerita rakyat. Itu identitas, kebijaksanaan lokal, dan kebanggaan yang harus diangkat kembali dengan cara yang terhormat dan modern,” ucapnya.
Tohom juga mengingatkan bahwa di era globalisasi pelestarian budaya harus dilakukan secara terencana.
“Jika kita tidak mendokumentasikan, memelihara, dan memperkenalkan budaya kita sendiri, maka budaya lain akan mengambil ruang itu. Museum budaya di Danau Toba akan menjadi benteng peradaban Batak sekaligus jendela bagi wisatawan internasional memahami nilai, etika, dan filosofi leluhur kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa pembangunan museum budaya akan mendukung tata kelola kawasan yang lebih humanis dan berbasis identitas lokal.
“Pengembangan pariwisata bukan infrastruktur fisik semata. Ada area sosial dan budaya yang harus diperhitungkan. Museum ini nantinya bisa menjadi pusat riset budaya Batak, ruang pertemuan kreatif, sekaligus aset negara dalam memperkuat karakter bangsa,” tegasnya.
Ia menambahkan, museum tersebut dapat terintegrasi dengan ruang pamer seni, panggung budaya, serta pusat informasi dan edukasi sehingga menjadi sarana interaksi dan pelestarian budaya yang hidup.
“Danau Toba punya potensi besar. Tugas kita memastikan pembangunan tidak melepaskan akar sejarahnya, karena budaya adalah energi yang tidak akan pernah habis,” tutupnya.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]