Islam yang dinamis harus mampu berdamai dengan semua budaya, subkultur, dan agama yang beragam. Islam yang memberikan keadilan, kesenangan, keamanan, dan perlindungan kepada semua orang yang bertempat tinggal di Nusantara, tanpa diskriminasi. Islam yang kokoh juga harus berpihak pada kaum miskin, termasuk pengentasan kemiskinan.
Jika sebagian kecil orang, yang egois dan sombong dengan retorika murahan, bersikeras untuk menunjukkan Islam dengan wajah garang, seperti monster, akan menakuti dan mengusir banyak kelompok yang berpikiran jernih. Monster yang mengaku bisa mengatasnamakan Tuhan jelas-jelas telah lepas dari syariat Islam dalam arti yang sebenarnya.
Baca Juga:
Kebakaran Tujuh Rumah di Parapat bermula dari lantai dua rumah makan ayam geprek
Dari perspektif ini, Islam, Kemanusiaan, dan Keindonesiaan, harus dipahami sebagai satu kesatuan anyaman yang saling melengkapi dan memperkaya. Pemikiran Buya ini, jelas masih sangat relevan untuk kembali dibaca terutama menghadapi situasi saat ini, dimana banyak orang beragama justru semakin eksklusif, bukan inklusif, lebih menonjolkan agamanya ketimbang keindonesiaan bahkan kemanusiaannya sendiri. [rum]