Sementara itu, M. Pasaribu (43), alah seorang toke karet di kawasan pasar Pinangsori mengaku jika komoditas penyumbang devisa ini kerap mengalami penurunan harga, tanpa terprediksi kapan bisa baiknya. Padahal menurutnya, getah alam dari daerah Pinangsori merupakan getah kualitas terbaik yang ada di Sumatera Utara.
"Secara keseluruhan, produksi karet alam dari kawasan Pinangsori mencapai 20 hingga 50 ton per pekannya. Ini semua merupakan hasil kebun masyarakat. Tidak ada dari kebun karet perusahaan seperti PTPN," tuturnya.
Baca Juga:
Ikatan Akademi Paradigta Indonesia, 23 Kader Pekka Angkatan 1 di Meranti Diwisuda
Diakuinya, harga yang relatif menurun membuat petani menjerit. Sementara disisi lain, harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Kondisi ini membuat sejumlah petani karet beralih ke pekerjaan lain.
"Kalau sekarang ini produksi karet sudah berkurang. Setahun terakhir ini banyak para petani tidak lagi menyadap karetnya, akibat harga yang tidak standar," tutupnya. [rum]