Demikian halnya leluhur Batak Toba memberi pengetahuan kepada generasinya bagaimana memosisikan diri ditengah kehidupan masyarakat, bangsa, negara maupun antar bangsa-bangsa di dunia.
Tapi sayang berbagai kearifan budaya, kearifan lokal warisan nenek moyang Nusantara kerap diabaikan karena dianggap kampungan, ndeso, ketinggalan zaman (out of date) akibat mabuk budaya luar, dll.
Baca Juga:
Polres Simalungun Berhasil Meringkus Pelaku Judi Online di Raya Kahean, Simalungun, Berkat Informasi Masyarakat
Bila diperhatikan cermat dan seksama para pemimpin-pemimpin besar dan tersohor dunia mereka menggali dan mengangkat kearifan-kearifan budaya dimiliki landasan karakter mental, moral, jati diri sebagai simbol harga diri atau kehormatan terhadap bangsa- bangsa lain di dunia.
Para pemimpin besar tersohor itu tidak silau dan tergila-gila, mendewa-dewakan adat budaya bangsa lain sebagaimana kekeliruan besar dan sesat pikir para mabuk budaya luar yang rela membunuh bangsanya sendiri demi menegakkan budaya asing seperti dikatakan Bung Karno.
Disadari atau tidak, setuju atau tidak kearifan budaya, kearifan lokal Batak Toba "Metmet Sihapor Lunjung Dijujung Do Uluna" sangat berkorelasi liner dengan "Berdaulat dalam politik" salah satu dari Ajaran TRI SAKTI Bung Karno; Berdaulat dalam politik; Berkepribadian dalam kebudayaan; Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi, sebagai ciri negara merdeka dan berdaulat.
Baca Juga:
Kebakaran Tujuh Rumah di Parapat bermula dari lantai dua rumah makan ayam geprek
Negara merdeka tanpa kedaulatan sesungguhnya ialah negara tak punya harga diri dan jati diri yang selalu dependen, tergantung dan didikte oleh bangsa atau negara lain, baik politik, ekonomi, budaya maupun kekuatan lainnya.
Bangsa atau negara memiliki harga diri, jati diri harus mampu melepaskan diri dari berbagai intervensi, tekanan, belenggu, cengkraman dari pihak mana pun melahirkan kebijakan yang berguna dan bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan negaranya.
Bukan sebaliknya meminta restu dan persetujuan ataupun pesanan (order) bangsa atau negara lain untuk melahirkan regulasi atau kebijakan karena ketakutan, misalnya; tak dapat pinjaman (utang) sebagaimana dilakukan International Money Found (IMF) pada dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) bermasalah selama 20 tahun lebih sedang dikejar Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini.