Sebab bila kritikan dipublis seluas-luasnya di ruang publik
akan timbul berbagai tafsiran dan analisis "SEDANG PECAH
KONGSI/PEKONG" di tubuh koalisi partai politik pengusung/pendukung dengan
Presiden Jokowi.
Baca Juga:
Raih Opini WTP Sembilan Kali Berturut-turut, Walikota Jambi : Kolaborasi Untuk Kota Jambi Bahagia
Etika (fatsoen) politik sebagaimana kearifan budaya,
kearifan lokal Batak Toba, "Unang disuru manjangkit ditaba sian toru"
sering terpinggirkan dan dikesampingkan desakan kepentingan politik parsial
sehingga yang diusung/didukung ketika merebut suatu posisi atau kedudukan
"Ditebang atau Dijatuhkan" bila ada gesekan, benturan kepentingan
tertentu. Misalnya, merebut simpati publik, pencalonan suksesor, dll.
Unang disuru manjangkit ditaba sian toru adalah kearifan
budaya, kearifan lokal Batak Toba dalam arti seluas-luasnya tentang etika
(fatsoen) perlu dibumikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara agar tidak terjadi dukungan setengah hati terhadap yang
diusung/didukung semata-mata akibat gesekan, benturan kepentingan insidental,
temporer ataupun perbedaan pendapatan, sekali lagi perbedaan pendapatan. Bukan
perbedaan pendapat.
Baca Juga:
Pemkab Tapteng Terima Opini WDP, Masinton: Ini Menjadi Motivasi untuk Bekerja Lebih Baik
Kearifan budaya, kearifan lokal tumbuh subur di bumi
Nusantara hendaknya dijadikan landasan dasar atau pedoman etika politik ciri
khas dan jati diri bangsa di mata dunia.