"Dahulu kabarnya, pernah ada kejadian masyarakat yang mau memanen duriannya. Dan ternyata duriannya sudah dimakan dan dirusak orangutan. Sehingga tidak bisa lagi dipanen dan dijual," ungkap Hendra.
"Merasa kesal, masyarakat tersebut menembak orangutan itu, dengan senapan angin. Namun tiba-tiba, senapan yang berisi peluru itu tidak bisa ditembakkan. Padahal kondisi senapan itu, dalam keadaan baik. Dan sejak kejadian itu, masyarakat di sana menganggap orangutan sebagai hewan keramat. Dan takut terkena bala, jika menyakiti hewan tersebut," sambung Hendra.
Baca Juga:
Polres Asahan Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Toba 2024
Pusat Informasi Orangutan Tapanuli
Orangutan tapanuli harus dijaga semua pihak, dan dianggap sebagai satu kekayaan yang harus tetap dipastikan keberlangsungan hidupnya agar tidak masuk dalam daftar satwa yang punah.
Dukungan semua pihak sebenarnya sudah ada tertuang diatas kertas pada tanggal 23 Februari 2018 yang dikenal dengan komitmen bersama yang terdiri dari tiga Kepala Daerah (Kepala Daerah Tapanuli Selatan, Kepala Daerah Tapanuli Tengah, Kepala Daerah Tapanuli Utara), seluruh perusahaan yang ada di landscape batangtoru, dan NGO/LSM, Pemerhati Lingkungan, dan beberapa tokoh.
Baca Juga:
Antisipasi Kecanduan Gadget di Kalangan Pelajar, Babinsa Turun ke Sekolah
"Dan salah satu isi dari Komitmen Bersama tersebut adalah, mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati, khususnya yang menjadi spesies kunci seperti orangutan tapanuli dan harimau sumatera melalui pembinaan habitat dan perlindungan jenis," kata Hendra.
Namun, sampai saat ini, komitmen tersebut, belum terlihat implentasinya untuk pembinaan habitat dan perlindungan orangutan tapanuli.
"Lewat momen, peringatan hari orangutan se-dunia ini, agar semua pihak melakukan langkah-langkah konkrit dalam pembinaan habitat dan perlindungan satwa yang ada khususnya di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dan salah satu yang saya mau sarankan adalah pembuatan Pusat Informasi Konservasi Orangutan Tapanuli," ujarnya.