Ia mengapresiasi inisiatif yang digagas Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, termasuk pelibatan Koordinator Kecamatan Tani Merdeka Indonesia dalam membuka ruang-ruang pertanian produktif di wilayah urban.
“Ini contoh konkret pemerintahan yang progresif. Kalau program seperti ini dikawal dengan benar, Mebidang bisa menjadi model metropolitan yang hijau, mandiri pangan, dan sejahtera,” kata Tohom.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Uni Emirat Arab Investasi di Kawasan Ekonomi Batam
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menambahkan bahwa keberhasilan pembangunan Mebidang harus dimulai dari pendekatan mikro yang menyentuh masyarakat.
“Aglomerasi bukan sekadar peta zonasi wilayah. Ia adalah ruang hidup rakyat. Maka pendekatan seperti urban farming dan ekonomi berbasis kearifan lokal adalah jalan tercepat menuju ketahanan kawasan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa aglomerasi tanpa penguatan pangan dan ekonomi rakyat hanya akan melahirkan ruang megapolitan yang rapuh.
Baca Juga:
Miliki 31 Kawasan Industri dan 135 Industri Perkapalan, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Uni Emirat Arab Investasi di Kawasan Ekonomi Batam
“Kita tidak bisa membangun Mebidang dengan cara berpikir lama. Kekuatan barunya ada di rakyat, ada di pekarangan, di potensi kuliner daerah, dan di komunitas-komunitas lokal yang diberdayakan,” tegasnya.
Sebelumnya, Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, secara resmi menyerahkan mandat kepada para Koordinator Kecamatan Tani Merdeka Indonesia Kota Medan dalam sebuah acara konsolidasi organisasi.
Dalam sambutannya, Rico menekankan pentingnya inovasi pertanian kota untuk menciptakan ruang-ruang produksi pangan di tengah tantangan keterbatasan lahan urban.