Bagi Tohom, pendekatan seperti ini selaras dengan semangat MARTABAT Prabowo–Gibran yang mendorong pembangunan berbasis nilai tambah lokal.
“Masalah lingkungan harus dilihat sebagai peluang inovasi. Eceng gondok yang selama ini dianggap gangguan, justru bisa menjadi sumber penghidupan jika dikelola dengan visi,” katanya.
Baca Juga:
Dirut BPODT Himbau Seluruh Pelaku Usaha Harus Memperkuat Standar Operasional Keselamatan,Kesiapan Peralatan, Pelatihan Petugas, Hingga Penyediaan Informasi Cuaca
Lebih jauh, Tohom menilai Danau Toba berpotensi menjadi model nasional pengelolaan danau berbasis kolaborasi.
Ia menyebut pentingnya replikasi pola sinergi ini di wilayah lain di Indonesia yang menghadapi persoalan serupa.
“Apa yang dilakukan di Danau Toba hari ini adalah investasi kebijakan untuk masa depan. Negara hadir bukan hanya dengan alat, tetapi dengan sistem dan keberpihakan kepada masyarakat,” tegasnya.
Baca Juga:
Perkuat Pariwisata Berbasis Energi Hijau, MARTABAT Prabowo–Gibran Sambut Penguatan Danau Toba 2026 sebagai DPSP
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa keberhasilan menjaga Danau Toba akan sangat ditentukan oleh konsistensi tata kelola lintas wilayah.
Menurutnya, kawasan aglomerasi pariwisata seperti Danau Toba membutuhkan koordinasi regional yang kuat agar kebijakan lingkungan, ekonomi, dan infrastruktur berjalan seirama.
“Tanpa sinergi antardaerah, keberlanjutan hanya akan menjadi jargon. Danau Toba harus dikelola sebagai satu kesatuan ekosistem,” ujarnya.