Bahkan Profesor Mubyarto yang getol memperjuangkan pengembangan pembangunan sektor agraris (pertanian-red), ekstraktif, maritim sebagai jati diri bangsa dianggap angin lalu dan tak dihiraukan dalam peta jalan (rod map) pembangunan nasional akibat penyesatan sindikat politik internasional bersama agen-agen domestik ingin menguras habis sumber daya alam (SDA) Indonesia.
Anehnya, pesawat terbang hasil hight teknology tanpa fondasi kuat ekonomi mayoritas rakyat "di bater dengan kacang kedele" yang menjadi bahan utama tahu, tempe makanan spesifik eakyat Indonesia.
Baca Juga:
Aceh Sambut Haru Keputusan Prabowo, Empat Pulau Sengketa Kembali ke Pangkuan Tanah Rencong
Sementara di sisi berbeda negara-negara asing berlomba-lomba menanamkan investasi menguasai sektor agraris ( pertanian, perkebunan, perikanan darat), sektor ekstraktif (pertambangan; tambang daratan, tambang pantai, tambang dasar laut, mineral, dll), kelautan dan perikanan lepas dan aneka biota laut melalui regulasi konspirasi dengan penguasa korup di masa lalu.
Kekeliruan besar dan kesalahan fatal itu tentu tidak boleh terulang kembali dengan mengobarkan Ajaran TRI SAKTI; Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi untuk mewujudkan INDONESIA RAYA, INDONESIA ADIDAYA, RAKSASA EKONOMI DUNIA.
Baca Juga:
Akhiri Polemik, Prabowo Putuskan 4 Pulau Sengketa Milik Aceh
Sebab menurut Ishak Rafik wartawan senior dalam bukunya berjudul "Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, Jalan Baru Membangun Indonesia (2007); Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) mengatakan, "Bukan rahasia lagi seberapa keraspun upaya yang dilakukan untuk memperbaiki nasib bangsa, seberapa besar pun biaya yang dikeluarkan, bila pelakunya sendiri tidak tahu dimana letak kerusakan itu dan seberapa besar, maka semuanya akan sia-sia. Sehebat apapun ilmu dan pengalaman seorang dokter, bila dia tidak melakukan diagnosa yang benar dan jujur tentang penyakit pasiennya, maka pasien itu tidak akan sembuh-sembuh. Malah penyakitnya akan bertambah akibat salah obat atau over dosis, seperti telah dialami negeri ini selama 10 tahun terakhir -- meski lima presiden telah berupaya mengatasinya".
Mungkin sebahagian orang dan/atau pihak tidak menyadari upaya-upaya keras Presiden Jokowi membangun dan mengangkat "Marwah, Harkat, Martabat, Harga Diri, Jati Diri" bangsa Indonesia dengan mengembalikan aset negara seperti; 51,2 persen saham PT. Freefort Indonesia, Blok Rokan, Blok Mahakam, Blok Marsela ke pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia dan membubarkan Petral, serta mengangkat busana daerah Nusantara di mata dunia internasional.
Keberanian melepaskan cengkraman dan intervensi pihak-pihak tak ingin melihat bangkitnya Indonesia Raya, Indonesia Adidaya diatas keunggulan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) sesungguhnya sumber pertama dan utama mengapa Bung Karno dijatuhkan, dan Bung Jokowi ingin dijatuhkan dari tampuk kepemimpinan nasional (presiden-red).