Lebih jauh, Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa proyek CTP akan memberi nilai tambah signifikan pada kawasan ekonomi sekitar Pelabuhan Kuala Tanjung.
“Kita bicara bukan hanya pabrik berdiri, tetapi munculnya ekosistem baru, mulai dari sektor logistik, jasa, hingga UMKM yang akan ikut terdorong. Inilah multiplier effect yang ditunggu-tunggu masyarakat Sumatera Utara,” paparnya.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Progres Kawasan Industri Kuala Tanjung, Sebut Infrastruktur Dasar Penentu Daya Saing
Ia menuturkan bahwa belanja modal (Capex) INALUM yang mencapai 83 juta dolar AS pada 2025, termasuk alokasi besar untuk proyek strategis, adalah sinyal kuat bahwa negara serius memperkuat hilirisasi industri.
“Ketika investasi diarahkan ke hulu dan hilir sekaligus, maka kita sedang membangun ketahanan industri jangka panjang,” ucap Tohom.
MARTABAT Prabowo-Gibran menilai keberhasilan proyek ini akan menjadi preseden baik bagi daerah lain.
Baca Juga:
INALUM Perkuat Strategi Dekarbonisasi melalui Restorasi Mangrove Bersama Grup MIND ID
“Jika Kuala Tanjung berhasil menjadi pusat industri aluminium yang berdaya saing global, maka pola ini bisa direplikasi di kawasan ekonomi lainnya di Indonesia,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Operasional INALUM, Ivan Ermisyam, menjelaskan bahwa CTP merupakan bahan baku vital dalam proses peleburan aluminium yang selama ini masih 100 persen diimpor.
Dengan pabrik baru, INALUM berharap dapat menekan emisi karbon, menurunkan biaya logistik, serta memperkuat rantai pasok industri aluminium nasional.