Dia mengoreksi lukisan itu: bulu dada Sisingamangaraja XII
tidak begitu tebal, jenggotnya tidak terlalu panjang, hidungnya harus
dibesarkan sedikit, dan alis matanya terlalu tebal. Dia meminta Sibarani untuk
mengubah lukisannya sebelum diserahkan kepada Presiden Sukarno.
Baca Juga:
Miris! Ribuan Tenaga Honorer Pemkot Taput Diberhentikan, Surat Edaran Jadi Acuan
"Besoknya lukisan itu saya ubah lagi hingga lukisan
Sisingamangaraja XII yang berdiri tegak memegang tongkat itu pun selesai," kata
Sibarani.
Baca Juga:
Guncangan Terasa hingga Malaysia, Dampak Gempa Taput dan Madina Meluas
Anggota panitia, tokoh-tokoh terkemuka sipil dan militer dan
keluarga keturunan Sisingamangaraja XII menghadiri upacara penyerahan lukisan
Sisingamangaraja XII kepada Presiden Sukarno di Istana Negara pada Desember
1961.
Ketika lukisan itu diserahkan kepada Sukarno, ibu tua itu
berteriak "Among (ayah)" lalu pingsan.