WahanaNews.co I Kurun waktu 22 tahun belakangan, para
nelayan tradisional di kawasan Danau Toba kian terpuruk. Ketidak seimbangan
ekosistem di Danau Toba seperti sekarang, menjadi salah satu faktor pemicu
minimnya jumlah tangkapan ikan nelayan. Hal lain adalah pengaruh masuknya
kontribusi limbah domestik ke Danau Toba.
Baca Juga:
Potensi Perpecahan Tinggi, MARTABAT Prabowo-Gibran Imbau Masyarakat Kawasan Otorita Danau Toba Bentuk 7 Kabupaten/Kota dan 300 Desa Baru Ketimbang Provinsi Tapanuli
Nelayan-nelayan yang dikenal dengan istilah lokal kawasan
Toba seperti Pandaram, Martoba, Panggobuk, Paddabu, sudah jauh dari
cerita-cerita indah masa lalu. Kehidupan yang dirasakan nelayan saat ini, tidak
semanis keindahan Danau Toba jaman dulu.
Kenangan menangkap ikan berkeranjang-keranjang pada masa
lalu, tinggal cerita. Melihat keresahaan nelayan tersebut, Komunitas Anak Tao (Komunitas
Pemuda Krearif Toba) berinisiatif mengembalikan kejayaan Pandaram di
masa lalu.
Baca Juga:
Status Kaldera Jangan Sampai Dicabut dari Kawasan Otorita Danau Toba, MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Pemerintah Pusat dan Pemprov Sumut Segera Penuhi Peringatan Keras UNESCO
Komunitas Anak Tao bersama para nelayan tradisional pekan
ini, menyelenggarakan Festival Edukasi Mardoton di Pulau Samosir. Mardoton
diartikan, bertangkap ikan memakai jaring secara tradisional, Sabtu (13/3/2021).