Dalam Festival ini, Komunitas Anak Tao mengajak semua pihak untuk
menjaga Ekosistem Danau Toba yang berkelanjutan, dengan berbasis kearifan
lokal, serta menjaga keseimbangan. Meminimalisir tangkapan ikan kecil dengan
menerapkan mata jaring yang lebih besar. Melarang pemakaian strum dan bom ikan
atau racun.
Baca Juga:
ASDP Danau Toba: e-Tiketing Mencegah Antrian Panjang di Dalam dan di Luar Pelabuhan
Selain menangkap ikan dengan ukuran yang terpola, penargetan
melakukan penaburan benih secara berkala. Membiasakan syukuran pemujaan
terhadap Maha Pencipta melalui "Pasahat
Itak Putih Tu Namboru Saniang Naga" secara Batak diyakini sebagai Dewi
Air Pemberi Berkat.
Mardoton, salah satu kekayaan intelektual para
pendahulu di pinggiran Danau Toba untuk menghidupi keluarganya. Sampai hari ini
Mardoton masih menjadi sistem mata pencaharian sebagian masyarakat di
sana.
Baca Juga:
F1 Powerboat: Kemenko Marves Kritik Bupati Toba Soal Sampah
Oppu Dika Sinaga (65) tahun, merupakan keluarga dari sekian
banyak Pandaram yang menggantungkan hidup dari Mardoton di Pulau
Samosir. Pandaram artinya, istilah untuk nelayan tradisional Danau Toba.
Mardoton bukan saja berhenti pada persoalan menangkap ikan, melainkan
proses membuat doton adalah hal penting yang harus dipahami.