WahanaNews.co I Gembar gembor Pendirian Universitas Tapanuli
Raya (UNTARA) dengan merubah Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung, terungkap
selama proses pembuatan proposal yang diajukan ke Presiden Jokowi oleh Bupati
Tapanuli Utara Nikson Nababan (28/01/2021), pihak IAKN Tarutung tidak pernah dilibatkan.
Sebagaimana diberitakan
media ini sebelumnya, bahwa pihak Rektorat IAKN Tarutung tidak setuju jika IAKN
Tarutung di transformasikan menjadi Universitas Umum bernama UNTARA yang diajukan
Bupati Tapanuli Utara kepada Presiden Joko Widodo.
Baca Juga:
Percepatan Pembangunan dan Peningkatan SDM, Pemkab Samosir MoU dan MoA dengan IAKN Tarutung
Guru Besar IAKN Tarutung
Prof. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur.Sc., Ph.D, mengatakan, bahwa Bupati
Tapanuli Utara harus menerima dengan lapang dada jika IAKN Tarutung berubah
jadi Universitas Kristen Negeri (UKN) Bukan Universitas Umum. Sebab itu sudah
diajukan kepada Menteri Agama tahun 2019 lalu.
Namun hal itu justru di
tentang oleh Nikson Nababan. Dalam pernyataanya ke media mengatakan, bahwa jika
Rektor IAKN Tarutung atau Kementerian Agama sudah MoU dari Sinode-Sinode Gereja
besar maka, dia akan menyetujui IKAN Tarutung menjadi UKN. Dan Pernyataan Nikson
langsung dibantah Prof. Yusuf, menegaskan bahwa Bupati Tapanuli Utara tidak
memiliki kewenangan mengurusi atau memberikan persetujuan perihal pembentukan
UKN, karena yang dibutuhkan dalam perubahan IAKN Tarutung menjadi UKN adalah
persetujuan Dirjen Bimas Kristen Protestan atau Kementerian Agama.
Wakil Rektor I IAKN
Tarutung, Dr. Lustani Samosir MPd, juga tegas menolak IAKN Tarutung
bertransformasi menjadi Univeritas Umum. Dia mengatakan bahwa keinginan Bupati
Tapanuli Utara mendirikan Universitas Negeri yang sifatnya umum boleh saja,
tapi jangan sampai mengobok-obok perguruan tinggi yang sudah ada.
Baca Juga:
Puluhan Mahasiswa IAKN Tarutung KKN di Pakpak Bharat
"Jenjangnya kan
begitu, dari IAKN menjadi UKN seperti tranformasi IAIN Sumut menjadi UIN Sumut.
Lagipula itu mengubah IAKN menjadi Universitas Umum merampok harta
Kementeriaan Agama," kata Lustani.
Belakangan Prof. Yusuf
juga mengungkapkan hasil penelitian Prof. Marlon Sihombing terkait dengan
pembentukan UNTARA banyak menyajikan data bohong. Selain memanifulatif data
mahasiswa Tahun Ajaran 2015, sekalipun sudah 10 kali melakukan Focus Group Discussion (FGD) berkaitan perubahan IAKN Tarutung menjadi UNTRA, terungkap
tak sekalipun melibatkan Rektorat atau pihak IAKN Tarutung.
"Pihak IAKN Tarutung
yang dekat dimata tak dilibatkan, tapi malah melakukan studi banding jauh-jauh
ke UGM dan IAIN Riau biar (maaf) habiskan anggaran saja, padahal cukup ke USU,
UNIMED dan UINSU biar hemat anggaran," kata Prof. Yusuf pada WahanaNews.co,
Jumat (9/04/2021).